Waingapu.Com – Perang terhadap stunting dan gizi kurang dan buruk terus digencarkan di kabupaten Sumba Timur, NTT. Selain unsur pemerintahan, lembaga swasta, BUMN/D, swasta dan perorangan juga terlibat. Namun demikian akurasi data terkait permasalahan itu adalah hal yang urgen. Karena itu data jangan hanya sekedar ‘Asal Bapak Senang’ (ABS). Demikian ditegaskan Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing, kepada wartawan di sela-sela Raker Pamong Praja, yang dihelat di Gedung MPL Umbu Hapu Mbay – Payeti, Kecamatan Kambera, Selasa (06/04/2022) siang lalu.
“Data yang benar dan valid itu dengan sendirinya memberikan pesan bahwa di bawah itu bekerja dengan benar dan tidak hanya laporan asal bapak senang,”tegasnya.
Penegasan Khristofel menanggapi realita naiknya angka stunting dari data sebelumnya, sehingga menjadikan status Sumba Timur merah dari sebelumnya kuning dalam hal penanganan stunting. Dikatakannya, berdasarkan hasil penimbangan pada bulan Agustus 2021 angka stunting sebesar 19,1 persen. Namun ketika ada penimbangan lanjutan pada Februari 2022 lalu terjadi kenaikan 1,8 persen sehingga totalnya kini menjadi 20,9 persen.
“Perlu diketahui bahwa jumlah sasaran penimbangan itu sebenarnya 23 ribu. Namun ada kurang lebih tujuh ratusan yang tidak tertimbang. Dan setelah dilakukan sweeping didapatilah yang tujuh ratusan yang belum tertimbang jadi tertimbang, dimana hasilnya diantaranya ada yang terkategori stunting. Konsekuensi logisnya tentu terjadi kenaikan dari prosentase sebelumnya,” papar Khristofel.
Kendati terjadi kenaikan, kata Khristofel, justru harus disikapi dengan positif dan tidak perlu kecewa. Karena terjadinya peningkatan itu dilengkapi dengan data yang mumpuni, yang merupakan hasil kerja keras dari tenaga kesehatan, para camat, kepala desa dan lurah.
“Sesungguhnya saya sering menyatakan bahwa menghadirkan data yang valid itu mahal namun akan lebih mahal ketika kita merencanakan sesuatu dengan data yang salah. Dengan data yang benar tentu akan bermuara pada program penanganan lebih optimal dan tepat sasaran,” tandasnya.
Tak hanya stunting, gizi buruk dan kurang juga akan terus diperangi oleh pemerintah kabupaten Sumba Timur dan semua pihak yang peduli dan terpanggil untuk menyikapinya. “Untuk gizi buruk dan kurang kita akan terus lakukan pola pendekatan orang tua asuh. Banyak yang ingin terlibat menjadi orang tua asuh, bahkan dari tanah rantau. Karena kami ada group Waingapu Ceria, di situ ada teman-teman yang berhasil di rantau dan mau serta tergerak untuk menjadi orang tua asuh bagi anak gizi kurang dan buruk. Nanti kita akan atur secara teknis hingga nantinya tepat sasaran,” pungkas Khristofel. (ion)