Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan seseorang yang bertujuan untuk membangun pribadi yang lebih baik dalam berbagai bidang. Jalur untuk mendapatkan pendidikan juga bermacam-macam, ada jalur pendidikan formal yang didapatkan di sekolah dengan struktural dan bertingkat, pendidikan non formal yang diadakan di luar pendidikan formal dan struktural, bahkan pendidikan informal yang didapatkan dari televisi, keluarga dan lingkungan tempat anak tinggal.
Akan tetapi ketika membahas mengenai pendidikan informal, tidak banyak orang yang menganggap jalur pendidikan ini penting. Padahal anak-anak belajar dan mengetahui lebih banyak hal melalui jalur pendidikan informal ini.
Seperti yang ditulis didalam jurnal kajian Teori dan praktik Pendidikan “Jalur pendidikan informal belum berkembang atau belum dikembangkan sebagaimana mestinya, sehingga jalur ini lebih terbelakang dibandingkan dengan jalur pendidikan nonformal, apalagi dengan jalur pendidikan formal sangat jauh tertinggal. Padahal jalur pendidikan informal sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian anak-anak dan para remaja, sebab sebagian besar waktunya dalam menjalani kehidupan ada pada jalur pendidikan ini”.
Sebagaian orang menganggap sepele pendidikan jalur informal ini, padahal faktanya saat ini anak-anak justru lebih banyak belajar melalui jalur ini. Sehingga sekarang ini tayangan-tayangan yang kurang mendidik, tidak berfaedah bahkan tidak senonoh semakin menyebar luas di kalangan anak-anak Indonesia, karena kurangnya pengawasan orang dewasa akan pendidikan informal ini.
Seperti seorang remaja yang baru-baru ini menjadi terkenal, hanya dikarenakan menangis perihal gagal move on dari mantan kekasihnya. Hanya dikarenakan perihal cinta, remaja tersebut menjadi terkenal dan bahkan diundang pada acara-acara televisi. Hal ini seharusnya menjadi perhatian masyarakat, dimana tayangan televisi yang sudah tidak mendidik menjadi hal yang sangat disenangi untuk ditonton akhir-akhir ini. Padahal tontonan-tontonan seperti itu justru yang merusak mental anak-anak bangsa, yang pada umur remaja seharusnya fokus kepada pendidikan malah menjadi anak-anak yang mabuk asmara.
Melihat konflik-konflik diatas, maka para pengelola pertelevisian harus mampu menyaring tayangan televisi, karena tidak dapat dipungkiri bahwa televisi merupakan Wahana pendidikan informal yang paling potensial dalam mendidik warga pelajar. Tidak hanya pengolah pertelevisian, orang dewasa juga harus menyadari bahwa pendidikan informal tidak bisa dianggap sepele, mereka harus mampu mengawasi anak-anak dalam menonton tayangan baik melalui televisi maupun handphone, agar dapat menghindari anak-anak dari tayangan yang tidak mendidik tersebut.
Penulis: Lidia Nora Putarato, Mahasiswa prodi PPKn, Universitas PGRI Kanjuruhan Malang