Waingapu.Com – Lebih dari sepekan terakhir, warga Kelurahan Lambanapu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT, menjadi saksi kehadiran sejumlah ilmuwan sehubungan dengan temuan peninggalan bersejarah era Paleo Metalik atau Prenolitik di wilayah itu.
Seperti disaksikan Selasa (22/08) siang kemarin, para ilmuwan dari pelbagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia arkeologi, melakukan aktifitas di sebuah lokasi yang berada tepat dibelakang dapur seorang warga.
“Kalau dilihat dari situs tempayan ini, bisa diperkirakan selevel dengan situs Melolo yang mana diperkirakan usianya 2800 tahun lalu atau sekitar 500 tahun Sebelum Masehi. Kita tentu berharap dibawah ini bisa dilakukan penggalian dan penelitian lagi karena bisa saja ditemukan material yang lebih tua lagi yang diperkirakan 3.500 tahun yang lalu,” urai Retno Handini, ketua Tim Penelitian Sumba dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, kala ditemui di lokasi.
Disaksikan saat itu, lubang persegi ukuran sekira 4 X 5 meter itu, terdapat lima fosil kerangka dan tujuh tempayan (kendi).
“Kalau dalam babakan ilmu prasejarah, maka temuan ini bisa dikategorikan berada dalam era Paleo metalik atau Prenolitik. Sayang hingga menjelang batas akhir penelitian ini, kami belum bisa mencetak bentik kerangka yang ditemukan sesuai dengan aslinya. Ini terjadi karena bahan kimia yang kami perlukan untuk mencetak belum juga tiba di Waingapu,” urai Retno.
Retno juga menambahkan, pihaknya baru bisa akan membuka dan meneliti tempayan jika bahan kimia untuk mencetak telah tiba, guna memastikan ada tidaknya kerangka dalam tempayan, ataukan tempayan yang ditemukan ini hanyalah sebagai ‘bekal’ kubur.
Retno juga berharap, pemerintah daerah melalui instansi terkait bisa menyikapi temuan ini dengan langkah konkrit, seperti lokalisir lokasi dan bila perlu pembebasan lahan.
“Temuan ini sangat berarti tidak hanya bagi sejarah orang Sumba namun juga bagi dunia. Sayang jika tidak dioptimalkan temuan ini dengan dirawat dan dilestarikan. Situs ini bisa menjadi lokasi wisata edukasi bagi dunia,” imbuh Retno.
Andreas Maramba Ndidi, ketua RT setempat menyatakan, temuan serupa pernah terjadi di wilayahnya namun kemudian ditutup kembali. Sayangnya beberapa bagian yang telah digali dan kemudian ditutup kembali, telah hanyut terbawa banjir.(ion)