Proyek Tambal Sulam Jalan Nasional di Kota Waingapu, Ini Penjelasan PPK

oleh
oleh
Tambal Sulam Jalan Raya

Waingapu.Com – Beberapa bulan terakhir jalan nasional di kawasan kota Waingapu dan Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, NTT, nampak berbeda karena adanya aktifitas proyek yang secara kasat mata nampak ditambal lubang dan retaknya atau dipotong dan dikeluarkan hotmixnya lalu digantikan dengan yang baru. Pekerjaan yang lazimnya oleh warga disebut tambal sulam itu secara teknis disebut Patching. Sayangnya beberapa bagian jalan yang telah dipatching itu, justru bergelombang dan ada yang permukaannya justru lebih rendah dari sebelumnya.

“Dulu memang retak dan juga gelombang, tapi setelah diperbaiki sama juga, tetap bergelombang. Ini proyek mau untuk perbaiki tapi kalau hasilnya begini yaa sama saja,” ungkap Herman seorang warga mengomentari jalan yang dipatching di sekitaran Anawara atau Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Kambaniru, Kecamatan Kambera, Jumat (22/10) sore lalu.

Tambal Sulam Jalan Raya

Situasi yang tak jauh beda juga nampak di ruas jalan Ahmad Yani, tidak jauh dari Ruko Permata Sari dan Puskesmas Kota Waingapu.

Baca Juga:  Harga Anjlok, Petani Rumput Laut Hentikan Budidaya

Siprianus, selaku PPK 1.4 Batas Kabupaten Sumba Timur – Waingapu pada Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II – NTT, mengakui adanya proyek dimaksud, kala ditemui di ruang kerjanya, Rabu (27/10) siang lalu.

“Itu memang paket preservasi jalan batas Kabupaten Sumba Timur, nilai kontraknya lebih dari sembilan milyar yang sebenarnya ada dua item, yakni preservasi jalan itu sendiri juga dengan holding. Masa pelaksanaannya sampai 31 Desember mendatang,” jelas Siprianus.

Terkait patching atau tambal sulam, Siprianus menyatakan terima kasih pada warga juga media yang membantu melakukan kontrol. Proyek itu, kata dia masih dalam masa pemeliharaan, dan jika ditemui ada yang rusak atau turun, kontraktor wajib untuk memperbaikinya.

“Jadi kalau ada kerusakan, padahal belum lama dikerjakan, yaa kontraktor wajib untuk memperbaikinya. Dan untuk pekerjaan itu tidak lagi kami bayarkan, karena itu sudah merupakan bagian dan tanggung jawab kontraktor sesuai kontrak, asalkan masih dalam masa pemeliharaan,” paparnya sembari menegaskan pihaknya sangat menjaga dan memperhatikan kualitas pekerjaan.

Baca Juga:  Jembatan Wulla & Wairiah Tunjukan Progress Signifikan
Ricardus C. Sesfaot

Ricardus C. Sesfaot, Koordinator Lapangan PT. Bumi Permai selaku kontraktor pelaksana proyek preservasi jalan nasional ini, menyatakan siap untuk memperbaiki kerusakan yang ada.

“Nanti kita cek kembali volume kerjanya, kalau memang memungkinkan masih adanya volume yang mesti kita kerja, pasti akan kita kerjakan dan perbaiki.Karena masa kerja kami sampai dengan 31 Desember nanti jadi sangat dimungkinkan untuk kami kerjakan atau pera=bauki kerusakan yang ada dan mungkin akan terjadi nanti,” jelas Ricardus yang ditemui di kantor cabang PT. Bumi Permai, Minggu (24/10) lalu.

Sallah satu sumber yang enggan identitas di publikasikan, namun dikenal miliki pengetahuan teknis dan teknik yang cukup mumpuni dalam bidang proyek jalan dan kontruksi, kepada media ini mengatakan Patching memang bersifat sementara untuk masa layanan terbatas. “Jadi patching itu bersifat sementara untuk masa layanan kurang lebih tiga sampai enam bulan, juga bisa enam hingga 12 bulan. Tergantung tingkat kerusakan aspalnya apakah dari sub base atau hanya sekedar aspalnya saja,” jelas sumber itu.

Baca Juga:  Warga Ragu, Kontraktor & PPK Yakinkan Kualitas Material PJN Di Waikabubak

Masalah paling krusial, sambung dia berada di bahan dan metode kerja serta pemadatannya. Namun semuanya kembali kepada inti dari patching atau tambal sulam hanyalah bersifat temporer atau sementara saja.

“Patching memang untuk sementara saja, tidak permanen. Hanya untuk tingkat layanan keamanan dan kenyamanan lalu lintas menjadi pertimbangannya, sambil menunggu pekerjaan aspal atau hotmix secara utuh,” pungkas sumber itu. (ion)

Komentar