Bahasa Indonesia dalam Ancaman Erosi Gaya Berbahasa ‘Jaman Now’

oleh
oleh
Yunus Takandewa

Waingapu.Com – Bahasa menunjukan karakter dan budaya sebuah daerah, dan tentunya juga sebuah bangsa. Begitupun halnya bahasa daerah dan juga bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu di negara yang majemuk atau berbhineka. Namun sayangnya, tantangan yang harus dihadapi dalam semangat untuk menggunakan dan melestarikannya tidaklah mudah untuk ditaklukan. Bahasa Indonesia diperhadapkan pada ancaman erosi oleh gaya bahasa kekinian. Demikian diungkapkan Yunus Takandewa, Ketua Komisi V (Lima) DPRD – NTT, Kamis (28/10) siang lalu dalam momentum peringatan sumpah pemuda dan Gebyar Bulan Bahasa di SMAN Nggaha Ori Angu (SMANGGO), Kecamatan Nggaha Ori Angu (Nggoa), Sumba Timur, NTT.

“Sekarang kita masuk di era digital, literasi digital. Bahasa mengalami erosi yang cukup lumayan hebat. Dan kita direcoki atau dihantui oleh bahasa-bahasa jaman now atau bahasa gaul kata anak muda kini. Mengalami loncatan-loncatan yang sangat luar biasa hingga mengakibatkan akar-akar budaya kita juga turut terpengaruh,” urai Yunus di hadapan ratusan siswa, guru dan pengurus komite SMANGGO serta undangan lainnya saat itu.

Baca Juga:  Growth Mindset Atau Pola Pikir Berkembang, Jadikan Siswa Berhasil
Menari

“Sekarang kalu kita terima sms atau WA misalnya, kadang kita tidak mengerti. MT SR, PSS DMA, semua singkat-singkat semua. Kita karena tidak mengerti sebelumnya, kita tanya kembali ke pengirimnya, maksudnya apa? Ternyata maksudnya Selamat sore, posisi di mana?” ungkap Yunus memberikan contoh bahasa ‘jaman now’ yang sering digunakan dalam percakapan dengan menggunakan peralatan digital dimasa kini.

Karena itu, ungkap dia penting bagi para pendidik dan orang tua untuk menunjukan contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam keseharian percakapan baik secara langsung maupun dengan menggunakan peralatan digital. Jika pendidik dan orang tua membiasakan itu, sambungnya dia, tentu akan memberikan dampak positif bagi siswa dan siswi sebagai anak-anak, pemuda dan generasi bangsa di masa datang.

Baca Juga:  Waspada! Jembatan Luku Mihi Kanatang ‘Siap’ Ambruk

Dalam peringatan Sumpah Pemuda yang dibarengi dengan puncak perayaan bulan bahasa di SMANGGO, sejumlah kegiatan telah dilaksanakan. Daniel Pandanga, selaku kepala sekolah, pada media ini selepas kegiatan itu mengatakan, tujuan dari sejumlah kegiatan itu adalah untuk menanamkan rasa cinta pada adat dan budaya termasuk bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Rasa cinta itu, kata dia tidak cukup hanya dengan kata dan niatan semata, tanpa ada wujud nyata dalam perilaku dan kegiatan.

Sebelumnya, Melki Teni Hawu, selaku ketua panitia dalam puncak perayaan gebyar bulan bahasa yang juga dihadiri oleh Camat, Kapospol dan Babinsa serta sejumlah elemen masyarakat di seputaran SMANGGO menyatakan, pelaksanaan kegiatan di masa pandemi Covid-19 ini tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan tertib.

Baca Juga:  Pembangunan Sumba Timur, Mau ke Mana? Catatan Refleksi Masuknya Investasi di Sumba Timur (Bagian II)

“Ada sejumlah kegiatan dan perlombaan yang kami laksanakan di sekolah ini dalam rangka memeriahkan bulan bahasa. Di antaranya Lomba menulis puisi juga esai, lomba karaoke dan stand up comedy,” kata Melki.

Adapun dalam puncak perayaan bulan bahasa itu para siswa dan siswi menyajikan sejumlah kreasi mereka. Hadirin dihibur oleh tarian tradisional dan juga modern. Selain itu juga ditampilkan pembacaan puisi dan drama musikal serta stand up comedy. (ion)

Komentar