Rekor Muri Listrik Pintar PLN: Layak Ataukah Rekor Sim Salabim?

oleh
oleh

Waingapu.Com – Penghujung tahun 2013 lalu, Paulus Pangka, selaku Senior Manager Museum Rekor Indonesia (MURI) menyerahkan tiga plakat sertifikat rekor MURI untuk PT. PLN area Sumba, PT. PLN wilayah NTT, bahkan direktur operasional PT. PLN Indonesia Timur, atas prestasinya menjadikan pelanggan listrik PLN di Pulau Sumba telah 100 persen menggunakan meteran prabayar (listrik pintar/pulsa).

Ketika dikonfirmasi wartawan seputar sertifikat itu, sehubungan realita di lapangan dimana banyak warga yang justru masih menggunakan ‘meteran bodoh’ (meteran jenis lama), Rino G. Hutasoit, Manager Niaga PLN wilayah dengan nampak sedikit kaget menanggapi pertanyaan itu.

“Jadi yang dimaksudkan dengan 100 persen di sini adalah meteran yang bisa kami seratus persenkan. Kalau seperti Telkom dan Tekomsel Group, TNI dan Polri itru memang tidak bisa kami migrasikan ke listrik pintar. Namun kalau sampai kawan-kawan wartawan melihatnya di lapangan, bisa sampaikan ke kami untuk segera kami ganti,” urainya usai ceremonial penganugerahan rekor plakat/sertifikat rekor MURI di halaman belakang PT. PLN area Sumba, Senin (30/12/2013) lalu.

Baca Juga:  Polres Sumba Timur Bagi Takjil & Buka Puasa Bersama Warga

Dari jawaban itu, dengan sendirinya dapat disimpulkan pihak PLN sendiri mengakui belum 100 persen pelanggan di Sumba, apapun status dan profesinya telah beralih menggunakan listrik pintar. Adapun Richard dan Rino yang melayani wawancara kala itu, adalah mewakili Vicner Sinaga, selaku Direktur Operasioanl PT PLN Indonesia Timur, yang enggan untuk diwawancarai awak media.

Pertanyaan yang sama juga dilontarkan pada Senior Manager MURI, Paulus Pangka. Ketika didesak soal verikasi seperti apa yang dilakukan MURI sementara dilapangan masih ada masyarakat yang menggunakan meteran jenis lama. Pangka justru menjelaskan rasa bangganya sebagai anak asal NTT, dimana Sumba yang terdiri dari empat kabupaten, justru bisa menjadi pulau pertama di Indonesia bahkan dunia yang 100 persen pelanggan listriknya menggunakan meteran listrik pintar.

Baca Juga:  Warga Sumba Timur Cenderung Lalai & Euforia Berlebih Saat Zona Hijau Covid-19

Tantangan dan sikap sangat yakin Manajemen PT. PLN agar wartawan bisa menunjukan bukti bahkan menyatakan wartawan melihat meteran jenis lama adalah pada beberapa hari sebelum penganugerahan sertifikat rekor MURI, akhirnya di sanggupi.

“Pak lihat saja sendiri, ini masih meteran lama, bahkan secara sepihak rekening listrik saya telah diblokir sejak bulan sepetember 2013. 100 persen apa yang kayak gitu?” kesal Ibu Renggi H, yang ditemui di kediamannya, Kamis (09/01) siang. Hal yang sama juga di kemukakan oleh Christopher, warga Praiwora, yang ditemui terpisah. Beberapa rumah konsumen di wilayah Hambala juga masih menggunakan meteran jenis lama.

Data yang berhasil diperoleh dari Manager Ranting PLN Sumba Timur, melalui sms-nya beberapa waktu lalu menyatakan, lebih dari 40 ribu pelanggan listrik PLN Sumba telah 100 persen menggunakan listrik pintar. Sayangnya, hasil penelusuran di lapangan masih ditemui fakta banyak warga yang justru keberatan dan bahkan secara sepihak dialihkan ke meteran prabayar oleh oknum-oknum PLN.

Baca Juga:  Minimalkan Penularan Covid-19, Bupati Sumba Timur Berlakukan PPKM

Jika demikian, layaknya sertifikat rekor MURI itu diraih PLN? Ataukah hanya sertifikat untuk mendongkrak citra PLN Sumba yang terus terpuruk, karena sering ‘bayar pret’ alias padam mendadak? Kredibilitas MURI juga dipertaruhkan dalam pemberian sertifikat itu, juga PLN tentunya, agar tidak menjadi sertfikat yang indah dibingkai semata namun justru dinilai khalayak sebagai sertifikat hasil ‘Sim Salabim-Abrakadabra’.(ion)

Komentar