Masyarakat Sumba Barat didominasi petani yang bekerja pada lahan sawah dan kebun. Pekerjaan yang menjadi salah satu latar belakang atau faktor ekonomi yang mendukung mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari. Dengan Cara mengelola lahan sawah yang sangat unik pada masa sebelum era modern kini. Dimana cara memproduksi tanaman padi tahap awal dengan rencah (menggunakan hewan seperti kerbau untuk mengolah lahan sawah) tersebut dan kemudian masyarakat setelah renca, akan menanam padi bekerja sama antara satu sama lain terkhususnya dalam satu kampung bergotong royong dari awal pertengahan hingga pada akhirnya.
Mengelola lahan sawah agar pekerjaan lebih mudah dan lebih ringan untuk bekerja, di zaman sekarang tetap menggunakan sistem kerja sama dan gotong royong. Walaupun ada beberapa orang juga yang menggunakan sistem bayar pada saat mengelola lahan sawah tersebut karena kurangnya tenaga kerja. Seperti yang lazim dilakukan oleh warga masyarakat di Loda Pare – Sumba Barat, NTT.
Dan gambar di atas ini adalah alat yang digunakan oleh masyarakat petani untuk mengelola lahan sawah pada masa sebelum era modern karena belum adanya alat-alat teknologi canggih seperti traktor dan mesin potong padi.maka mereka masih menggunakan hewan seperti kerbau untuk mengelola lahan tersebut dan panennya juga menggunakan alat potong seperti sabit yang bisa digunakan untuk pakai potong padi pada saat panen.
Masyarakat bekerja untuk kepentingan masyarakat sekitarnya dan Petani ini biasanya menjual hasil panennya di sekitar kota atau di kota orang lain.Harga dari hasil panennya ini, beras mulai dengan harga Rp9 ribu bahkan sampai Rp11 ribu/kilogram tergantung bagusnya beras dengan buruan kebutuhan tersebut.
Dan pada masa sekarang banyak sekali alat-alat teknologi canggih seperti traktor mesin perontok padi dan mesin potong padi yang lebih mempermudahkan dan mempercepatkan proses pengololan sawah. Selain itu, Kepala Daerah atau Bupati dan wakil Bupati memberikan bantuan kepada masyarakat petani dengan alat teknologi canggih seperti tracktor dan lain sebagainya. Diharapkan agar masyarakat lebih semangat lagi untuk bekerja.
Bahkan pada masa modern kini banyak sekali alat-alat teknologi canggih seperti tracktor dan alat mesin potong padi dan sebagainya. Untuk mempermudahkan dan mempercepatkan proses pengololan lahan sawah agar pekerjaan lebih mudah dan cepat.
Pada masa kini atau era modern banyak sekali alat-alat teknologi canggih yang bisa digunakan untuk mengelola lahan sawah dan alat yang digunakan untuk pakai potong padi yang lebih baik lagi dari masa sebelumnya. Seperti pada gambar di bawah ini :
Karena munculnya alat teknologi canggih ini maka masyarakatpun bisa maju dan sejahtera. Dimana contohnya, masyarakat yang jauh dari sumber air dan tidak bisa mengalirkan air, bisa dengan mudah menggunakan teknologi mesin pompa air. Dengan mesin ini, tidak hanya musim hujan, dimusim kemarau juga sawah dan kebun bisa dikerjakan.
Bagi para petani yang mengelola lahan sawah agar dapat mengembangkan hasil panennya dengan bentuk dan fungsi yang lebih kreatif dengan hasil panennya lebih inovatif sehingga hasil panen padi ini tidak mudah tergeser dengan hasil panen lain.
Oleh karena itu,kita harus sadar bahwa pertanian adalah pondasi utama dalam mendorong pembangunan melihat pentingnya perjuangannya masyarakat seorang petani untuk merefleksikan sendiri sembari bersama-sama mengucapkan terimakasih kepada masyarakat petani tanpa merekapun kita tidak akan makan nasi. Sudah masa kita fokus pada peningkatan produksi hasil pertanian, melainkan regenerasi dan pengolahan hasil tani yang di utamakan.
Tentu saja hal ini bukan semata tanggung jawab pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Namun butuh kolaborasi seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat kerjasama dan kolaborasi dalam upaya memajukan sektor pertanian serta mengatasi semuah persoalan.
Harapan dari saya semoga pemerintah dapat membuka mata dan membuka hati untuk melihat nasib mereka pada saat ini, agar petani dapat lebih dimengerti.Tidak perlu banyak peraturan dan perundang undangan Hanya kesejahteraan yang mereka butuhkan.
“Tetap Semangat Kaum Marhaen Salam Satu Lumpur”
Penulis: Artono Bali Peka Lero, Mahasiswa Program Studi PPKn, Universitas PGRI Kanjuruhan, Malang