Waingapu.Com – Sejak lampau pulau Sumba dikenal sebagai penghasil Cendana dengan kualitas mumpuni. Daya pikatnya bahkan merambah hingga ke icon identik Sumba lainnya, yakni kuda khas yang dinamai kuda sandel atau ‘Sandalwood Pony’ ataupun Sandlewood. Namun seiring waktu, cendana menjadi kian langka ditemukan di habitat aslinya kini. Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) – NTT mencermati itu dan berupaya jalin sinergitas dengan Pemerintah dan warga untuk kembalikan Cendana sebagai identitas pulau Sumba.
Direktur Eksekutif WALHI NTT, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi mengatakan, harapan dan cita-cita mulia itu, hanya akan bisa terwujud jika ada kolaborasi semua elemen.
“Sejak dulu Sumba terkenal karena cendana dan bahkan hingga kini. Tapi sayangnya kita yang punya cendana, wanginya dan dampak kesejahteraannya justru dirasakan di pulau Jawa dan bahkan luar negeri,” tandasnya di sela-sela kegiatan Peluncuran Pemulihan Ekosistem Cendana di Pulau Sumba, yang dihelat di Praingu Kalu, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Sumba Timur, Sabtu (22/01) siang lalu.
Asa untuk kembali menjadikan Cendana sebagai salah satu identitas Sumba yang tak terbantahkan itu, WALHI NTT, tidaklah sendiri namun pula didukung oleh Green Justice Indonesia, yang ditandai dengan hadirnya Dana Prima tarigan selaku Direktur.
Mendukung semangat untuk kembalikan cendana sebagai identitas Sumba, urai Umbu wulang lebih lanjut, sebanyak 20 ribu anakan cendana akan dibagikan kepada warga melalui sejumlah kelompok tani. Harapannya, tanaman endemik Sumba itu selanjutnya ditanam dan dan dirawat, dan akan didampingi pengawasannya oleh figur-figur yang berkompeten.
Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing, yang menanai kegiatan itu dengan menabuh tambur khas Sumba Timur, plus penandatanganan prasasti, juga melakukan penanaman cendana di halaman belakang Praingu Kalu. Figur yang berpasangan dengan David Melo Wadu sebagai dwi tunggal pimpinan Sumba Timur itu, pada wartawan menegaskan dukungan pemerintah terhadap kegiatan pelestarian cendana dan juga ekosistem secara umum.
“Sumba Timur BERHIAS, bersih, hijau dan asri itu salah satu program kami yang mendukung semangat yang kali ini diinisiasi WALHI dan warga. Terkait itu kami sudah intruksikan pula One Person One Tree atau satu orang satu pohon yang ditanam. Itu bisa dimulai di lingkungan keluarga. Dan bahkan kami telah pula intruksikan untuk satu desa satu hutan kecil. Walau tidak spesifik cendana yang ditanam tapi bisa jadikan cendana sebagai salah satu pilihan. Tentu nanti akan dievaluasi sewaktu-waktu,” papar Khristofel.
Adalah Alexandre Daniel, Direktur General Aromatic, pemerhati cendana plus produsen parfum asal Prancis mengakui, pihaknya mengenal cendana Sumba justru di Jawa. Ada harapan dirinya ke depan tanaman endemik Sumba dan miliki nilai ekonomi tinggi itu terus dikembangkan dan dirawat. Dan yang paling ideal dipersiapkan atau dibangun tempat penyulingannya di Pulau Sumba.
“Untuk membangun fasilitas penyulingan bisa dilakukan pemerintah bisa pula swasta. Intinya agar benar-benar yang keluar dari Sumba ini sudah menjadi minyak cendana. Tidak lagi hanya nama kayu cendana dari Sumba tapi justru disuling di tempat lain, jadi itu tadi, wanginya justru tercium bukan di Sumba sini,” tandasnya.(ion)