Waingapu.Com – Dua pekan pasca diresmikan Pemkab. Sumba Timur, hingga kini pasar baru Prailiu, yang dibangun dengan dana APBD perubahan 2021 senilai lebih dari Rp. 1,2 Miliar belum juga ditempati oleh pedagang. Pasar ini diresmikan oleh Umbu Ngadu Ndamu, selaku Asisten I (satu) yang membidangi Pemerintahan dan kesejahteraan Rakyat, Senin ( 10/01) siang lalu itu, dibangun untuk relokasi pedagang di sisi lapangan Rihi Eti – Prailiu, Kecamatan Kambera itu, berada tidak jauh dari pesisir Pantai batu Payung dan hutan Mangrove Pada Dita.
Seperti terpantau Sabtu (22/01) siang, gedung pasar yang terdiri dari 50 kios yang terbagi di lima bangunan utama dengan kontruksi setengah tembok dan setengah tripleks itu nampak sepi. Tiada keriuhan layaknya sebuah pasar, semua kios juga masih tergembok. Beberapa bagian lantai nampak retak dan juga bekas retakan rambut yang telah diperbaiki atau ditambal.
Salah satu ruang MCK yang terbuka, nampak dilengkapi closed jongkok walau air dan bak penampung air tidak ada. Ruang ini juga telah dilengkapi instalasi listrik layaknya lima bangunan utama pasar. Informasi terkait kondisi pasar dan juga beberapa item yang dikeluhkan rusak itu, juga telah pula dipublish salah satu akun facebook. Terkait hal itu, Oktavianus Taralandu (43) seorang pedagang di Pasar sementara Prailiu, yang menempati ex lahan Kantor Kejaksaan, juga membenarkannya.
“Itu yang kamar (kios, -red) pertama itu pecah dari dalam lantainya. Jadi Pak Lurah sempat minta kunci kembali untuk yang kerja itu proyek kerja atau perbaiki,” kata Taralandu kala ditemui wartawan sekira 30 menit kemudian di lapaknya itu.
Taralandu yang merupakan warga Kandara itu, juga menegaskan keyakinannya kondisi kerusakan yang ada pasti akan diperbaiki kontraktor. Sebagai salah salah satu pedagang yang akan menempati satu kios di pasar Pada Dita, diakuinya ketiadaan sarana listrik dan air menjadi alasan dibalik keengganan dirinya bersama puluhan rekannya untuk berdagang di lokasi pasar yang baru.
“Belum ada listrik sementara kita perlu penerangan, belum juga ada air di sana, padahal kita yang jualan sayur begini kan perlu air untuk siram sayur kita agar tidak layu dan tetap nampak segar. Itu baru untuk sayur, belum lagi air untuk kebutuhan makan dan minum kami,” imbuh Taralandu.
Kendati demikian, Taralandu tegas menyatakan dirinya siap jika harus pindah ke pasar yang baru, yang mana kata dia direncanakan awal Februari nanti. Resiko pasar yang jauh dan potensi masih sepi di tahap – tahap awal, siap pula dihadapi pria yang telah berdagang aneka sayuran di Pasar Prailiu sejak tahun 2014 silam itu.
“Dijanjikan saat peresmian lalu akan pasang listrik dan air dengan sistem sumur bor. Setelah itu baru kami akan pindah. Kalau sepi – diawal – awal yaa itu sudah menjadi resiko. Kami khususnya saya siap jalani resiko ini. Namanya untuk perubahan kita harus siap juga untuk berkorban,” tandasnya.
Adapun para pedagang yang nantinya akan menempati Pasar yang baru dibebankan biaya sebesar Rp. 250 ribu perbulannya. Mekanisme penyewaan lapak atau kios ini telah disetujui oleh Pemkab. Sumba Timur dengan mempertimbangkan saran dan masukan dari para pedagang. Hal itu telah pula disampaikan oleh Bupati Sumba Timur yang diwakili oleh Asisten satu saat memberikan sambutan dalam ceremonial peresmian pasar itu silam. (ion)