Waingapu.Com – Populasi belalang kembara yang tak terkendali tidak lagi sebatas kekuatiran namun telah merealita di Pulau Sumba, NTT. Mengawalinya lebih dari setahun silam pada beberapa wilayah di kabupaten Sumba Timur, serangga yang miliki nama beken Locusta Migratoria itu kini tak bisa dipungkiri menjadi ancaman seluruh Sumba, terutama untuk kalangan petani. Invasinya seakan tak kenal tempat juga waktu. Serangannya bahkan disebut-sebut membuat ruang sidang senayan menjadikannya pembahasan oleh para wakil rakyat. Jagad maya pun diramaikan kegelisahan juga rangkaian kata keprihatinan dan simpati yang diungkapkan lewat media sosial (medsos).
Aneka platform medsos diantaranya Facebook (FB) dan Instragram menjadi tempat untuk menyatakan kegelisahan, harapan juga keprihatinan oleh sejumlah figur dalam linimasa dan story. Tak sebatas itu, bahkan dilengkapi foto dan video. Kondisi ini tentu layak menjadi salah satu petunjuk bahwasanya belalang kembara memang telah menebar ‘teror’ dan entah hingga kapankan usai.
Ipu Yanggu, petani muda Lewa dan juga dikenal sebagai pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), Jumat (30/04/2022) lalu di akun Fb -nya memposting foto dan vido yang menunjukan ancaman si Kembara. Selain langit yang nampak terhalang oleh jutaan atau mungkin miliaran belalang, juga mempertunjukan upaya seadanya dari warga untuk mempertahankan padi di sawahnya dengan kemampuan yang sangat terbatas, yakni hanya menggunakan lambaian kain, karung, seruan dan ketukan kaleng.
“Foto itu suasana belalang dan persawahan Letis dan Lewa tepatnya di perbatasan desa Kangeli dan Kambatawundut,” tukasnya ketika dihubungi via gawainya, beberapa saat pasca postingannya menjadi pencermatan warganet. Ancaman nyata belalang kembara nampak sangat tak hanya di angkasa namun juga ditunjukan pada sebuah pohon besar yang nampak telah tertutup daun, dahan dan batangnya oleh dominasi warna coklat yang merupakan ‘costum’ sang belalang.
Daerah yang sempat mencuat potensi pertaniannya khususnya padi, hingga mendorong Menteri Pertanian bahkan Presiden Jokowi meninjau langsung lahan yang berlabel Food Estate-nya juga tak luput dari kecemasan. Untaian kata lirih, kecaman dan harapan juga ramai dari Kabupaten Sumba Tengah.
Upaya warga, brigade ataupun regu pengendali hama (RPH) sepertinya sudah cukup optimal. Dinas Pertanian dan Pangan Sumba Timur bahkan terus menjalin koordinasi dengan Propinsi bahkan Kementerian Pertanian (Kementan). Koordinasi yang bahkan tidak sebatas surat menyurat atau laporan di atas kertas, namun ditindaklanjuti dengan intervensi berupa bantuan dana, obatan-obatan dan peralatan, bahkan menurunkan tim ahlinya. Namun si kembara seakan enggan berhenti menebar terornya.
Upaya untuk menggerakan warga lebih aktif memburu serangga dewasa yang miliki daya jelajah tinggi itu, dengan membeli hasil tangkapan belalang dewasa seharga Rp. 5.000/kilogram nampak belum berhasil mengurangi populasinya secara optimal. Padahal, sebanyak 10 ton belalang dewasa siap untuk dibeli Dinas dengan bantuan dana Kementan. Belalang yang dibeli itu selanjutnya direncanakan dijadikan bahan untuk diteliti lebih lanjut baik untuk menciptakan pengendali hayati juga upaya untuk menjadikannya sebagai pangan alternatif bagi warga juga pakan ternak alternatif, karena konon si Kembara ini miliki nilai protein yang tinggi.
Diberitakan sebelumnya, bertempat di padang sabana Tanau, desa Watu Hadang, Jumat (22/04/2022) pagi lalu, Gerakan Pengendalian (GERDAL) Hama Belalang dilaunching pelaksanaannya oleh Muhammad Takdir Mulyadi, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia. Dalam kesempatan itu, Takdir mengatakan Kementan dan Dinas Pertanian Sumba Timur secara bersama telah menyelesaikan pendataan titik lokasi yang menjadi sentra tingginya populasi belalang Kembara.
Franky Ranggambani, Asisten II (dua) Setda. Sumba Timur di padang Tanau, Watu Hadang, usai memantau dan memberikan arahan pada warga dan petugas yang akan melakukan Gerdal bersama tim dari Kementan, Dinas Pertanian UPT. Proteksi Tanaman Pangan Holtikultura dan Pekebunan – NTT yang dipimpin oleh Gabriel Gala Beni, kala itu mengapresiasi antusiesme warga.
“Kami atas nama warga dan pemerintah Sumba Timur merasa berkewajiban untuk mengucapkan terima kasih pada Pemerintah Pusat melalui Kementan dan juga Pemprop karena sudah melakukan bersama – sama melaksanakan aksi lanjutan dari harapan bersama yang diwujudkan pemerintah pusat. Hari ini di Watu hadang kita lihat bersama warga antusias untuk mengendalikan belalang, dan serentak hal serupa juga di seluruh Kecamatan di Sumba Timur lakukan hari ini,” tandasnya. (ion)