Waingapu.Com – Senin (06/04) siang itu boleh jadi lebih panas dari biasanya, atau bisa jadi lokasi itu belumlah dilengkapi dengan AC layaknya ruangan kerja para petinggi Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) – NTT. Tidaklah heran jika saat itu, keringat nampak menetes di pelipis dan dahi sejumlah anggota Forkompimda juga Kepala Dinas Kesehatan setempat. Namun semuanya punya semangat yang sama untuk melihat dari dekat kesiapan gedung baru Puskesmas Kambaniru, yang terletak tidak jauh dari Kantor Kecamatan Kambera, di perbukitan Sabana-Pakuki Njara.
Penulis bukan mau membuat reportase layaknya biasa, hanya sekedar mengajak untuk sejenak tersenyum jika memang bisa membuat bibir pembaca tersenyum. Namun jika senyum itu tak jua tersungging, paling tidak tulisan ini tak membuat tersinggung, apalagi memantik murka.
Yaa, realita suasana saat itu, di dalam gedung Puskesmas Kambaniru, yang dalam semangat yang sama untuk mencegah atau bahkan memerangi Pandemi Corona Virus alias Covid 19, ditetapkan oleh Pemkab. Sumtim sebagai lokasi yang nantinya diperuntukan bagi mereka yang terkategori Orang Dalam Pemantauan (ODP), guna diisolasi atau dikarantinakan. Sebagian diantara yang hadir kala itu, harus diakui tak bisa dengan transparan dilihat bentuk mulut ataupun bibirnya, sedang tersenyum kecil, lepas, ataupun lebar. Hal itu karena terhalang masker yang menghalanginya. Namun cukup jelas terdengar gumaman, celetukan, suara dari balik bibir yang terhalangi masker yang kini kosong di pasaran bumi Matawai Amahu ini.
Kata dan kalimat ‘beraura’ positif terlontar kala Bupati dan Anggota Forkompimda, juga rombongan lainnya memasuki atau sekedar menengok bangsal demi bangsal. Aura positif itu menebar kala melihat bangsal yang masih baru, bersih dan juga dilengkapi dengan sebuah kipas angin. Selain itu, ada wastafel yang seakan tak sabar menanti untuk segera digunakan. Tempat tidurnya juga nampak masih baru, walau sempat terlirik mata, diantaranya ada yang berlabelkan nama Puskesmas lain alias bukan Puskesmas Kambaniru.
Tak hanya itu, sponnya juga nampak masih sangat empuk, atau paling tidak lebih empuk dari spons di kamar kost rekan jurnalist pun juga penulis sendiri. Dan yang membuat senyum dibalik masker yang dikenakan penulis adalah, seprei yang membalut spon yang motifnya beragam. Motif seprei yang berbhineka itu jauh dari kelaziman seprei di bangsal fasilitas kesehatan yang dominan berwarna putih atau biru atapun putih kehijauan. Betapa tidak, beberapa gambar tokoh kartun populer semisal Dora Emon, Hello Kitty, Winnie The Pooh dan juga jika tak salah, adapula Sponge Bob menghiasi seprei. Warna dasar biru, hijau cerah dan pink terpantau kala itu yang mempermanis tampilan para tokoh kartun itu.
Aneka motif dan warna seprei ini membuat ruangan yang nantinya diperuntukan khusus bagi ODP berusia lanjut atau para lansia itu, semarak. Belum lagi jika gorden jendela dibuka, nampak pemandangan dari perbukitan disajikan baik itu pemukiman dibawahnya juga reruputan khas sabana.
“Aih ni ruangan mantap ko, macam jadi pingin tidur di sini, asyiik juga dari ketinggian begini, bisa lihat pemandangan luas,” ungkap salah satu anggota rombongan Bupati kala itu.
“Coba saja akhir pekan nanti minta kebijakan untuk sementara nginap sehari semalam di sini. Jika memang ini belum ada ODP yang masuk, viewnya tidak kalah dengan Hotel Pada Dita Beach,” tanggap penulis.
Sebagaimana dijelaskan Bupati Sumtim, dalam kesempatan diwawancarai penulis, tempat isolasi ini diperuntukan bagi warga yang terkategori ODP namun khusus untuk mereka yang tergolong Lanjut Usia (Lansia) atau berusia 60 tahun ke atas. Tujuh belas tempat tidur yang ditempatkan dalam sejumlah bangsal, seperti dipaparkan Chrisnawan T. Haryantana, selaku Kepala Dinas Kesehatan Sumtim, nanti berpotensi untuk ditambahkan sekat. Juga jumlahnya tentunya, semuanya disesuaikan ‘sikon’ warga ODP dalam langkah prevnetif akan pandemi Corona Virus itu.
Yang juga sempat memantik rasa kaget namun dipungkasi senyum dan canda, adalah kondisi beberapa spon yang justru dibalut seprei bermotif atau bercorak ‘Loreng’. Motif loreng tak disangkali adalah motif yang jamak – akrap dengan aparat keamanan dan pertahanan. Corak yang lekat dengan anggota Polisi, Brimob ataupun Tentara, yang kalaupun tak sama persis dengan motif yang lazim dipakai aparat NKRI , tapi bisa jadi aparat di luar negeri yang disebut gemah ripah loh jinawi ini.
“Ini ODP yang tidur di sini nanti pasti akan lebih cepat terdeteksi kesehatan. Juga jika ada gangguan akan pulih lebih dulu. Karena rasa nyaman dan amannya ekstra,” celetuk penulis, yang sontak disambut senyum dan tawa dari bibir yang walau tetap terhalang masker, tapi tetap tak bisa menutupi guratan suka cita dan suara tawa itu.
“Tidak tahu lagi bisa saja ada tersisip seprei ini diantara seperi yang lain, yaa kita pasang saja, kan mantap juga,” timpal salah satu staf berseragam keki menanggapi tanya bernada canda dari sejumlah anggota rombongan.
Kepanikan memang semestinya dihindari dalam menyikai pandemi ini. Apalagi Sumtim sesuai data terakhir dari Posco Covid Dinkes masih bersih dari PDP apalagi figur yang telah terinfeksi Corona virus. Realita yang mestinya disikapi dengan sukacita sembari terus memilihara harapan agar kondisi itu tetap hingga pandemi itu berakhir ‘menebar teror’. Yang juga mutlak untuk dijalankan adalah seruan untuk membatasi jarak, membatasi diri dari kumpulan melebihi dari toleransi yang dianjurkan dan menggunakan masker.
Seruan Kapolres Sumtim, AKBP. Handrio Wicaksona yang dipajang pada beberapa titik di kota Waingapu,plus dibagikan via media sosial, yang menyatakan ‘Ayo Cegah Covid-19 Bersama-sama. Dari Pada di Rumah Sakit, Apalagi di Rumah Duka, Lebih Baik di Rumah Saja’ idealnya kita ikuti bersama. Demi diri, sesama, dan orang-orang terkasih, hal yang lebih berat ssaja tentu bisa dilakukan, apalagi jika dilakukan dengan hati suka cita atau dibawa ‘enjoy’ dan tetap mendekatkan diri dan hati pada Sang Maha Kasih. (Dion Umbu Ana Lodu)