Waingapu.Com – Masyarakat nelayan adalah salah elemen yang tidak bisa lepas dalam kehidupan perkekonoomian di sebuah negara atau daerah. Untuk itu, hak – hak mereka juga perlu dijadikan perhatian pemerintah termasuk dalam kondisi saat ini, dimana secara global diperhadapkan dengan prahara pandemi Covid 19. Momentum perayaan hari Nelayan ke 60 yang jatuh setiap tanggal 06 April , kali ini terasa sangat jauh dari hiruk pikuk kemeriahan dan gegap gempita. Walau sejatinya tak bisa dipunkgkiri spirit pelaksanaan hari Nelayan Nasional yang merupakan wujud apresiasi seluruh insan rakyat Indonesia kepada para nelayan yang telah menyumbangkan protein dan gizi kepada seluruh rakyat Indonesia melalui aktivitas mereka menyediakan ikan sebagai sumber pangan, terus berupaya digelorakan.
Di moment perayaan hari Nelayan Nasional ini, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia eksekutif Daerah Nusa Tenggara Timur (Walhi – NTT) sebagai lembaga social yang konsen pada perlindungan hak-hak masyarakat sipil kembali mengingatkan kepada Pemerintah secara khusus Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumba Timur (Sumtim) – NTT untuk tetap memperhatikan situasi dan kondisi kehidupan para nelayan. Hal itu dipaparkan dalam rilis yang diterima media ini via email, Senin (06/04) siang kemarin. Ditegaskan Walhi, jika abai terhadap keadaan tersebut, sesungguhnya ancaman itu semakin mendekati kita, di saat kebutuhan protein dan gizi tidak terpenuhi maka kekebalan tubuh manusia pada virus akan semakin rentan.
Dalam situasi seperti ini, demikian Walhi dalam email yang dikirimkan oleh Petrus Ndamung selaku nara hubung itu, Pemkab. Sumtim diharuskan mampu memproteksi kendala yang dihadapi para nelayan sehingga tidak terjadi kelangkaan ikan, yang mana berimbas pada kenaikan harga ikan di pasaran. Jika itu terjadi, pada akhirnya dapat berdampak lain, seperti daya beli masyarakat minim serta dan terjadinya kekurangan protein gizi masyarakat. Nelayan sebagai garda terdepan pemenuhan protein dan gizi manusia harus mendapatkan perhatian khusus pemerintah sehingga apa yang menjadi tujuan memutus mata rantai virus dengan pemenuhan kebutuhan gizi dapat tercapai.
Walhi NTT dalam rilis ini juga menawarkan beberapa solusi, agar nelayan tetap beraktivitas, yakni aturan ‘tetap di rumah’ dikecualikan bagi nelayan, karena aktivitas nelayan berada di laut yang jauh dari keramaian, sehingga keraguan akan terjangkit virus atau menjangkiti sangat minim. Namun yang perlu di perhatikan pula oleh nelayan adalah pada saat keluar atau kembali dari laut, tetap berada di rumah dan tetap menjaga jarak serta membiasakan hidup sehat. Berikutnya adalah tetap memberikan suplai bahan bakar minyak yang cukup bagi nelayan agar aktivitas nelayan dapat berjalan normal. Hal itu karena banyak nelayan menggunakan perahu motor dalam melaut. Yang juga ditegaskan Walhi, adalah pemerintah mutlak menyediakan tempat penjualan ikan (TPI) yang memadai serta steril, sehingga terfokus dan potensi penyebaran virus minim. Dan yang tak bisa pula ditepikan adalah enyediakan tenaga medis khusus yang dapat memantau alur keluar masuk nelayan luar pulau yang berpotensi menyebarkan virus.
Dalam skala nasional, tahun 2020 ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan menargetkan konsumsi ikan nasional 56,39 kg/kapita/tahun naik sebesar 0,44 kg/kapita/tahun pada periode 2019 yang jumlah konsumsi ikan nasional secara keseluruhan 55,95 kg/kapita/tahun. Hal ini menunjukkan betapa ikan sebagai sumber pangan merupakan kebutuhan masyarakat Indonesia sehingga harus perlu adanya peningkatan konsumsi pada setiap tahunnya.
Sebagai sumber pangan penting, ikan mengandung banyak manfaat yang dibutuhkan tubuh manusian sejak masih dalam kandungan hingga akhir hdupnya. Sumber protein dan gizi ikan tidak saja dibutuhkan oleh para nelayan tetapi oleh semua orang yang bahkan tidak paham tentang kehidupan nelayan. Kekayaan manfaat tersebutlah yang patut kita apresiasi dengan perayaan hari nelayan nasional.
Pandemi Covid-19 tak dipungkiri mematikan hampir sebagian besar sendi kehidupan umat manusia di dunia saat ini. Tentunya juga tidak terlepas dari nelayan dan ikan sebagai sumber pangan. Seperti yang dianjurkan oleh Pemerintah atau para dokter yang menangani virus ini, bahwa beberapa cara atau Obat (vaksin sementara) yang dapat digunakan untuk memutus mata rantai virus adalah membiasakan hidup sehat, jaga jarak satu dengan yang lainnya serta tetap berada dalam rumah untuk sementara waktu. Walhi juga menegaskan, kebiasaan hidup sehat tentunya tidak terlepas dari mengkonsumsi sumber pangan sehat. Salah satu sumber pangan sehat adalah laut (ikan) yang di tangkap serta diusahakan para nelayan-nelayan yang ada di negeri ini. Untuk menjaga ketersedian sumber protein dan gizi tetap tersedia maka diperlukan langkah-langkah konkrit khusus yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Di tengah Pandemi ini, demikian Walhi Kehidupan nelayan harus tetap jadi perhatian apalagi mayoritas berada dibawah garis kemiskinan, kemampuan akses teknologi yang kurang, tingkat pendidikan yang minim, berada dalam lingkungan yang kurang sehat, serta kekurangan sarana prasarana tangkap. Semua itu jabar Walhi adalah sebuah realitas, yanfg mana menujukan bahwasanya para nelayan juga berada pada garda terdepan dalam usaha memerangi ‘badai’ ini. (wyn)