Waingapu.Com – Proses tebang dan giling tebu yang dikembangkan dan diusahakan PT Muria Sumba Manis (MSM) telah dimulai pada Rabu (31/7/2024) pagi lalu. Namun sebelum memulainya dilakukan sejumlah kegiatan sesuai adat dan tradisi Sumba Timur.
Kepada wartawan, Managing Direktur PT MSM, Budi Hediana menjelaskan, seremonial syukuran atau selamatan tebang dan giling perdana tebu secara komersial di tahun 2024 ini merukan kali kedua setelah tahun 2023 lalu. Hal itu disampaikan usai memberikan sambutan, memotong tumpeng plus secara simbolis menebang dan memasukkan batang tebu ke mesin giling. Semua proses yang dijalankan sebut dia berjalan dengan baik karena adanya dukungan beragam pihak dan tentunya yang paling utama masyarakat sekitar kawasan perkebunan dan pabrik.
“Terima kasih kepada semua stakeholder, karyawan serta vendor dan tentunya seluruh masyarakat Sumba Timur, khususnya di sekitar Perusahaan yang selalu memberikan dukungan, juga masukan yang membangun untuk suksesnya operasional perusahaan,” kata Budi Hediana di salah satu ruang meeting manajemen PT MSM Rabu (31/7/2024) siang lalu.
Budi Hediana yang saat itu didampingi Endro Endarto selaku Deputi Managing Direktur itu lebih lanjut menguraikan, bahwa sebelum digelarnya syukuran tebang dan giling tebu perdana itu, pada tanggal 24 Juli 2024 lalu telah lebih dahulu dilaksanakan Ritual Hamayang. Proses itu sebut dia mesti dilakukan sebagai bentuk perwujudan pepatah ‘Dimana Bumi Dipijak di Situ Langit Dijunjung’.
“Kita ada di Sumba Timur ini tentunya sudah sepantasnya kita menghargai adat, tradisi dan budayanya. Karena itu seoptimal mungkin kami menghormati dan melaksanakan apa yang disebut dengan kearifan lokal. Jadi kalau di tempat lain seperti di Jawa ada istilah manten tebu, di Sumba sini sebelum dilaksanakan syukuran juga kami dahului dengan Ritual Hamayang dengan hadirkan tetua adat atau Wunang Hamayang,” urai Budi Hediana.
Ritual Hamayang sendiri lanjut Endro Endarto, tak hanya dihadiri oleh para tetua adat, namun juga perwakilan masyarakat Desa Wanga, Tokoh Masyarakat, perwakilan penyerah lahan, pengurus koperasi binaan PT MSM, dan tentunya karyawan PT MSM. Dan kesimpulan yang didapatkan dari para tokoh adat yang melakukan ritual itu positif dimana hasil penerawangan dan penglihatan yang dilakukan melalui media unsur hewan dan telur ayam yang dipersembahkan menyatakan pekerjaan dan termasuk hasil panen berjalan dengan baik dan menjanjikan.
Adapun syukuran yang dilaksanakan kala itu selain dirapalkan doa, juga ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh jajaran manajemen. Selanjutnya secara simbolis dilakukan penebangan dan batang tebu perdana dimasukkan ke mesin penggiling oleh Managing Direktur. Sejumlah kegiatan itu tetap diwarnai dengan tradisi Sumba Timur seperti tarian dan tabuhan goong serta tambur dengan para penari dan penabuhnya mengenakan busana adat khas Sumba Timur yang didominasi kain tenun ikat dan songket pahikung itu.
Gula Kristal Putih dengan brand “Sumba Manis” dan mengusung tagline “Dari Sumba Untuk Indonesia” menjadi produksi andalan PT MSM. Perusahaan ini memfokuskan pada pengembangkan industri perkebunan tebu dan pabrik gula, yang mana sejak sejak kehadirannya di Sumba Timur berupaya mengedepankan spirit Grow in Harmony.
“Brand dan tagline ini mempunyai tujuan yang diharapkan bisa lebih mengenalkan dan mengangkat citra Sumba, khususnya Sumba Timur ke Indonesia bahkan dunia. Selain itu kita terus bertekad untuk mendukung upaya pemerintah dalam swasembada gula pasir,” tutup Budi Hediana.(ion)