Waingapu.Com – Proses hukum yang kini harus dijalani dan dihadapi oleh aktivis HAM dan Direktur Lokataru, Hariz Azhar dan Koordinator KontraS, Fatia Maulidiyanti hingga kini terus bergulir. Hal itu ternyata menjadi atensi pula dari Masyarakat adat Praing Umalulu, Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur, NTT. Kedekatan antara kedua figur ini mulai terbangun sejak Haris membantu advokasi komunitas masyarakat adat itu sehubungan dengan intrik lahan warga versus investasi perkebunan tebu serta pabrik gula PT. Muria Sumba Manis (MSM) lalu.
“Kami mengenal bang Haris Azhar sejak tahun 2017 ketika masyarakat adat praing Umalulu berjuang mempertahankan tanah adat milik masyarakat adat Praing Umalulu. Sejak saat itulah pak Haris Azhar menjadi bagian dari keluarga kami di Sumba. Prinsip kami adalah kami adalah Haris Azhar dan Haris Azhar adalah kami. Sehingga jika ada persoalan, menjadi persoalan bersama dan akan saling mendukung untuk keluar dari persoalan yang ada,” papar Ndilu Hamba Nuha, salah satu warga masyarakat Adat Praing Umalulu dalam rilis yang diterima media ini, Jumat (25/03/2022) malam lalu.
Rilis yang dikirimkan oleh Rambu Dai Mami, selaku nara hubung itu juga mengutarakan persoalan yang dihadapi kedua aktifis itu telah diketahui oleh seluruh masyarakat adat praing Umalulu.
“ Beberapa waktu yang lalu pak Haris Azhar mendapat persoalan yang mana dilaporkan oleh pak Luhut. Masalah yang di hadapi pak Haris mejadi pergumulan kami juga masyarakat adat yang selain menjadi keluarga tapi juga sebagai salah seorang yang dikuasakan oleh masyarakat adat sebagai pengacara,” tandas Rambu Dai Mami.
Salah satu bentuk dukungan masyarakat adat dilakukan dengan menggelar ritual sesuai kepercayaan Marapu pada Jumat (25/03/2022) kemarin. Ritual ini, sebut Rambu dimaksudkan agar Hariz dan Fatia terhindar dari malapetaka dan mampu melewati masalah yang dihadapi dengan kuat. Ritual tersebut dipimpin oleh Ma Urratu/Ama Bokul Hamayangu (imam Marapu).
“Kami mengurbankan empat ekor ayam. Meminta kepada Tuhan yang kami percaya, semesta, dan para leluhur di Sumba untuk tetap melindungi pak Haris, mbak Fatia serta team dari segala macam hal hal yang tidak diinginkan. Juga meminta Tuhan, semesta dan para leluhur menjaga agar kebenaran yang diperjuangkan mendapat jalannya,” timpal Hinggu Maramba Amah sebagai pemimpin ritual sebagaimana dituliskan dalam rilis itu.
Proses ritual sendiri berjalan lancar dengan diikuti oleh sekitar 50-an masyarakat adat Praing Umalulu. “Kami melihat lewat hati ayam bahwa Haris dan Fatia dapat melewati masalah ini dan tidak ada tanda tanda sedikitpun mereka akan mendapatkan malapetaka,” imbuh Hinggu.
Rencananya, Proses ritual juga akan digelar pula di kampung lain di luar Praing Umalulu, juga sebagai bentuk solidaritas bagi Haris Azhar dan Fatia.
“Ini bentuk dukungan kepada keluarga kami yang alami persoalan di Jakarta sana. Sebagai keluarga kami terus mendukung doa lewat kepercayaan kami masing masing agar pak Haris dan mbak Fatia tetap dalam perlindungan Sang Kuasa ketika sedang berjuang mengungkap kebenaran,” ungkap Agus Kamudu warga lainnya juga dalam rilis itu.
Rilis ini juga memaparkan masyarakat Adat Praing Umalulu sejak 2015 silam terus berjuang untuk mempertahankan tanahnya dari penguasaan serta pengelolaan PT. MSM. Salah satu pihak yang membantu proses perjuangan warga adalah Haris Azhar. Sosok ini dinilai setia untuk menemani perjuangan warga walaupun terpisah jarak antara Jakarta – Sumba.
“Kami sangat berterimakasih dengan bantuan yang diberikan Bang Haris kepada kami. Perusahan selama ini selalu menganggap remeh kami. Begitu adanya Bang Haris mereka lebih hati hati dan tidak sembarangan lagi,” tandas Rambu Dai Mami, yang juga aktivis perempuan pada Komunitas Sabana Sumba yang mana salah satu peran dan fungsinya diinisiasi pula oleh Haris Azhar. (ion)