Waingapu.Com – Pulau Sumba pada umumnya dan Kabupaten Sumba Timur khususunya terus berkembang dunia pariwisatanya. Namun demikian harus perlu terus dipersiapkan agar bisa menjadi tujuan wsiata yang aman dan nyaman bagi siapapun. Aman dan nayaman bagi pengunjung dan juga bagi warga desa dan pengelolanya. Jika hal ini tercapai tentunya peningkatan kesejahteraan dan pemerataan atau keadilan tak lagi hanya sebatas angan. Sehubungan dengan itu, Program Penguatan Desa Wisata Tangguh, Inklusif, dan Adaptif SIAP SIAGA Sumba Timur (PUSAKA SIAP SIAGA) menyasar empat desa wisata yang miliki destinasi unggulan di Sumba Timur untuk membimbing dan melatih pengelola desa wisata.
Adalah Konsorsium program hibah SIAP SIAGA yang terdiri dari UPKM/CD Bethesda YAKKUM, SOPAN Sumba, dan Yayasan KOPPESDA Sumba, mengadakan pelatihan desa wisata inklusif bagi pengelola desa wisata, yang dilaksanakan di aula Casa Kandara Hotel, Rabu (30/03/2022) hingga Kamis (31/03/2022). Perwakilan dari dua desa yakni desa persiapan Tanggedu dan Pambotanja dan kelurahan Watumbaka serta Prailiu.
Astantry Jama, Koordinator Wilayah PUSAKA SIAP SIAGA Sumba Timur menjelaskan, pelatihan ini menjadi bagian dari porgram pemerintah indonesia yang didukung oleh pemerintah Australia melalui Siap Siaga (Palladium Indonesia).
“Tujuan yang hendak dicapai dalam pelatihan ini agar perserta memahami konsep gender dan inklusi disabilitas serta penerapannya dalam pengelolaan desa wisata. Selain itu paham konsep desain universal dan penerapannya mampu identifikasi kerentanan, kapasitas disabilitas maupun kelompok rentan lainnya,” jelas Astantry.
Hal lainnya yang juga penting untuk diwujudkan pasca pelatihan ini, papar Astantry lebih lanjut adalah 24 peserta yang didatangkan dalam pelatihan ini, nantinya memahami tentang kebijakan pemerintah dalam pengembangan desa wisata inklusif, juga miliki komitmen dan membuat rencana tindak lanjut untuk menerapkan konsep desa wisata inlusif, baik regulasi pembangunan desa maupun pengembangan infrastruktur fisik di desa dan wilayah masing – masing hingga miliki aksesibel bagi kaum disabilitas dan kelompok rentan lainnya.
Hotmaida Pangaribuan, Wakil Ketua IV TP-PKK Sumba Timur dalam paparannya menekankan peserta pelatihan ini diharapkan bisa menjadi agen perubahan positif. “Bisa jadi agen prubahan bagi diri, kelurag kita dan kemudian cakupan yang lebih luas bagi masyarakat sekitar kita yang ikut ini,” tandasnya.
Dengan topik Mainstreaming Gender dalam Pengelolaan Tempat Wisata, Ida memberikan pencerahan tentang gender. Dimana gender sebut dia tidak semata – mata tentang perbedaan laki – laki dengan perempuan namun juga perlu diperhatikan adalah perannya.
“Pengarusutamaan gender dalam pengelolaan tempat wisata di Sumba Timur sangat penting untuk mempercepat proses pembangunan desa wisata yang bermartabat yakni berbasis masyarakat yang terampil, berbudaya dan beretika, juga berkelanjutan. Karena semua warga yang tinggal di sekitar tempat wisata mendapatkan kesempatan yang sama untuk terlibat dan mendapatkan manfaat secara adil. Dengan demikian pembangunan tempat wisata membawa kesejahteraan bagi semua warga yang tinggal di sekitar tempat wisata sebagai pihak yang paling banyak menerima manfaat dari kegiatan pariwisata di daerahnya,” paparnya
Joni Wardono, tokoh masyarakat dan juga agama dari Kelurahan Watumbaka yang miliki destinasi wisata Pantai Walakeri merespon kegiatan ini. Disebutkannya, selepas pelatihan ini, tentunya peserta akan lebih memahami dan nantinya bisa menerapkan kesetaraan gender dan juga peran dan tanggung jawab masing –masing. “ Yang juga penting adalah pengelolaan desa wisata harus memperhatikan keadaan dan situasi termasuk di dalamnya kaum disabilitas, lansia dan anak – anak juga warga rentan lainnya. Kebersamaan dan keterlibatan semua pihak dalam pengelolaan desa wisata itu sangatlah penting dan dibutuhkan,” jelasnya.
Pengelola desa wisata dari desa persiapan tanggedu yang miliki icon air terjun, Pambotanjara dengan bukit Lai Uhuk – Wairinding, Kelurahan Watumbaka dengan pantai Walakeri serta Kelurahan Prailiu dengan Kampung Adatnya dalam pelatihan ini mendapatkan pencerahan dari ragam pemateri. Selain dari TP – PKK, juga ada Ibu Martha dari Bahtera Sumba dengan materi Inklusi Disabilitas dan Penerapannya dalam Pengelolaan Tempat Wisata juga Identifikasi kerentanan/keterbatasan dan kapasitas disabilitas maupun kelompok rentan. Materi tentang Desain Universal dan Penerapannya untuk Pengembangan Tempat Wisata diberikan oleh Greg Utomo (UKDW Yogyakarta) dan Dinas Sosial yang menyampaikan materi tetang Kebijakan pengembangan desa wisata inklusif di Sumba Timur. (ion)