“Pancasila Rumah Kita” menjadi senandung yang akrab menyapa saya dalam kurun waktu sepekan ini, sambil mulai menyadari bahwa tanggal 29 Mei – 4 Juni 2017 merupakan Pekan Pancasila dan saya mulai berirama dalam satu suara yang sama: Saya Indonesia, Saya Pancasila.
Suara yang bergaung yang membawa sebuah harapan ini sedang saya doaakan agar tidak berhenti pada telinga saya saja dan dapat merasuki hati setiap warga Negara Indonesia. Jika anda tak keberatan mari minum kopi dan berguman bersama menelisik realita yang menjadi fenomerna hari lahir Pancasila baru – baru ini.
Tanggal 1 Juni 2017 merupakan sejarah baru yang mewarnai rekam jejak perjalanan Pancasila, dimana tanggal 1 Juni kemarin untuk pertama kalinya hari lahir Pancasila di jadikan hari libur nasional serta wajib di peringati oleh seluruh elemen masyarakat sesuai dengan keputusan Presiden No. 22 Tahun 2016. Keputusan ini di keluarkan menimbang sidang BPUPKI yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei – 01 Juni 1945, pidato pendeklarasian Pancasila oleh Ir. Soekarno tanggal 01 Juni 1945, maka hari ini kita sedang menghirup udara segar.
Menindaklanjuti Kepres No. 22 Tahun 2016 maka Pemda Sumba Timur telah melakukan upacara memperingati hari lahirnya Pancasila dengan melibatkan seruluh elemen yang ada di Sumba Timur termasuk mahasiswa sebagai kaum intelektual yang akan meneruskan perjuangan Pancasila dimasa depan. Mirisnya hal ini tidak membangkitkan animo mahasiswa karena upacara yang dilakukan di depan Kantor Bupati Sumba Timur dua hari yang lalu itu hanya dihadiri oleh lima orang mahasiswa.
“Mari kita pulang saja,” ajak teman saya yang semangatnya surut setelah kebingungan mencari barisan di tengah barisan lansia berseragam, yang mungkin saja masih berjiwa muda, dan lagi ia terantuk pada tubuh mungil anak-anak berseragam putih merah. Lalu dimana kaum muda dan kaum intelektual di Sumba Timur ini?
Bayangkan jika semangat yang surut ini disebabkan oleh ketidaktahuan kaum muda dan mahasiswa akan arti dan makna pancasila itu sendiri maka sebenarnya kita sedang menabung kehancuran bangsa ini.
Pancasila disusun oleh kaum muda tapi dilupakan oleh kaum muda. Seakan-akan Kepres No. 22 Tahun 2016 tidak pernah dikeluarkan serta undangan yang disebarkan di setiap instansi SMA dan Perguruan Tinggi adalah hal yang sia-sia serta menempatkan The Founding Father kita sebagi penipu karena pernah mengatakan “Berikan aku 10 orang pemuda maka akan kuguncang dunia”.
Namun nafas segar masih dapat saya hirup ketika sekelompok mahasiswa yang ikut merayakan hari lahir Pancasila depan kantor Bupati Sumba Timur berani mengambil tindakan untuk bersuara kepada orang banyak melalui selebaran kecil berisi ucapan “SELAMAT HARI LAHIR PANCASILA” dengan kata motivasi yang ingin mengingatkan kembali semangat yang dilakoni oleh para pahlawan bangsa ini, seperti yang disampaikan secara lugas oleh ketua lembaga mahasiswa pelaksana di akhir acara pembagian selebaran di lampu merah Payeti. “Andai saja kita tahu dan mau merenung berapa banyak air mata dan darah yang dikorbankan untuk meramu Pancasila hanya agar kita rukun dan tidak berkelahi hari ini”.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kuat karena ideologinya sehingga untuk menghancurkannya hanya dengan menghancurkan Pancasila, jika anda adalah Pancasila mari jaga NKRI melalui penguatan yang dilakukan dalam peringatan hari besar negara kita yang sekarang sedang menjelma menjadi peringatan keras. Ketahuilah, resapi, revitalisasi dan implementasikanlah Pancasila.[*]
Penulis: Sepritus Tangaru Mahamu adalah mahasiswa semester II di Akademi Komunitas Negeri Sumba Timur, tinggal di Kawangu dan Aktivis STUBE HEMAT SUMBA.