Waingapu.Com – Jika di daerah lainnya di Indonesia, warga sudah mulai disibukan dengan banjir dan luapan air karena diguyur hujan dengan curah tinggi, tidak demikian halnya dengan sebagian besar wilayah kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT, dimana curah hujan masih sangat minim dan tentunya mengancam petani gagal tanam dan gagal panen.
Hujan yang sempat turun membuat sebagian warga di Pada Dita, Kecamatan Kambera, semangat menanam jagung dan palawija. Namun sayang, ketika tanaman mulai tumbuh dan berumur hampir satu bulan hujan tak lagi teratur turunnya. Tidak ayal, tanaman petani merana dan terancam mati kekeringan. Sementara lahan pertanian lainnya nampak tidak ditanami warga, boleh jadi warga sudah menduga sebelumnya curah hujan akan minim.
Seperti terpantau, Kamis (21/01) siang, tanaman jagung, kacang tanah juga singkong milik sejumlah petani nampak merana dan meranggas, bahkan sebagiannya telah mati dan mengering.
”Saya tanam jagung, kacang tanah, dan ubi kayu. Awalnya hujan cukup baik dan buat tanaman tumbuh, namun sudah mau satu bulan ini hujan tidak tentu. Jadi Ama lihat saja sendiri, jagung daunnya sudah tergulung bahkan mati. Ubi kayu saya juga banyak yang mati kering,” jelas Matius Mangi Daniel, seorang petani yang ditemui kala sedang menggemburkan tanah kebun seluas 30 are miliknya.
Hal senada juga dikeluhkan oleh Na Keba, yang juga hanya bisa pasrah tananam jagung miliknya meranggas dan mati karena minimnya curah hujan. ”Kami mau bagaimana lagi, kami sudah tanam dan jika memang Tuhan tidak kasih hujan mau bagaimana lagi,” lirihnya.
Kedua petani yang ditemui ini memang tak bisa menyembunyikan kepasrahan mereka. Mereka juga pasrah jika pemerintah hingga kini belum melakukan langkah penanganan ataupun sekedar mengunjungi atau memantau lahan pertanian milik para petani.(wyn)