Waingapu.Com – Eksotisme Pulau Sumba, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan kekhasan topografi dan struktur geografisnya tak dinyana bisa melecut lahirnya inspirasi para pegiat film nusantara. Seperti halnya Miles Films, rumah produksi pimpinan Mira Lesmana, yang hingga kini masih melakukan shooting atau pengambilan gambar film berjudul Pendekar Tongkat Emas (PTE), bertemakan dunia persilatan klasik di sejumlah lokasi di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT. Sayangnya, perilaku tidak terpuji sejumlah oknum yang terlibat didalamnya, justru menyisakan sampah berserakan yang merusak keindahan dan keasrian khas alam Sumba.
Sejumlah lokasi shooting film PTE yang dibintangi nama-nama familiar seperti Nicholas Saputra, Reza Rahardian, Eva Chelia. Tara Basro hingga Christine Hakim, hingga keterlibatan Slamet Rahardjo tak dipungkiri sejumlah pihak di Sumtim, sedikit banyak akan memberi dampak positif bagi nama besar Pulau Sumba, khususnya kabupaten Sumtim di belahan wilayah nusantara atau bahkan dunia di masa datang.
Tapi sayangnya ada noda tertinggal di sejumlah lokasi shooting seperti halnya terpantau di areal mata air dan pemandian Sungai Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Rabu (28/05) lalu. Asrinya lokasi ini ternoda oleh aneka jenis sampah berserakan. Sampah-sampai itu seakan mencerminkan perilaku tidak terpuji sejumlah oknum yang terlibat di dalamnya.
Selain menciptakan suasana yang tak lagi sedap dipandang, juga tentunya meresahkan. Karena sebelumnya, lokasi itu sangat di jaga keasriannya. Karena merupakan salah satu sumber utama air bersih bagi warga kota Waingapu dan sekitarnya.
“Sangat disayangkan dan meresahkan. Lokasi yang selama ini sangat dijaga kebersihan dan keasriannya. Karena merupakan salah satu sumber utama air bersih warga kota kini di sekitarnya dijejali sampah plastik dan sampah lainnya. Crew dan oknum-oknum yang terlibat di dalam aktifitas shooting film nampak sangat tidak mempedulikan kebersihan lingkungan. Sampah dengan mudah ditemui di sini. Intansi terkait juga diam tak bersikap, ini bisa jadi cerminan perilaku buruk dan contoh buruk bagi warga lainnya,” tandas Ignas, warga kota Waingapu yang kebetulan berkunjung ke tempat itu dengan nada kesal.
Tak hanya sampah yang tersisa, nampak sejumlah pohon tua, juga pohon yang baru menghijau ambruk. Kuat dugaan hal itu dilakukan untuk memudahkan parkirnya kendaraan yang mengangkut properti dan sejumlah crew film selama melakukan aktifitas pengambilan gambar.
Sangat disayangkan jika kondisi ini terus dianggap biasa-biasa saja, selain merusak pemandangan tentunya juga mengancam keasrian serta kelestarian lingkungan sekitarnya. Jika hal itu sampai terjadi, eksotika Sumba bisa jadi hanya tinggal kenangan dan hanya tersisa dalam bentuk film dan dokumentasi semata.(ion)