Oleh Samuel K.I.J.U. Ara dan Mardiyanti Taramata
Banyak teknologi pertanian yang kini berkembang di tengah pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan. Tidak selalu tentang penggunaan mesin dan obat kimia, namun juga teknik-teknik bertanam sederhana namun bisa menghasilkan panen yang lebih baik dari biasanya.
Teknik menanam yang baik inilah yang selalu dipromosikan oleh para petani swadaya (PS) yang ada di masing-masing desa di kecamatan Haharu. Mereka inilah yang dengan suka rela mendampingi petani lainnya untuk berbagi rahasia agar tanaman petani bisa tumbuh subur dan berbuah lebat. Begitu pula yang terjadi di desa Praibakul yang terkenal dengan komoditas kacang tanahnya.

Agar bisa menjangkau lebih banyak petani, para petani swadaya mengajak petani lainnya. Petani ini kemudian dikenal sebagai Second Layers (SL) atau petani penyokong. Petani penyokong juga memiliki kemampuan dan pengetahuan yang sama seperti petani swadaya umumnya.
Salah satu petani penyokong di Praibakul, Stefanus Kota (31) menceritakan suka dukanya mendampingi para petani di desanya.
“Awalnya, waktu saya diajak Pak Erastus (PS Praibakul) untuk menjadi SL, saya keberatan,” kenangnya. Ia beranggapan bahwa kebanyakan petani di desanya sulit untuk menerima teknik menanam yang baru. Apalagi kebiasaan menanam dengan banyak bibit di satu lubang sudah menjadi kebiasaan yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi.
“Namun setelah berdiskusi dengan PS, saya akhirnya memutuskan untuk mendampingi petani yang rumahnya berada dekat dengan saya,” ceritanya.
Ia pun memulainya dengan melakukan sosialisasi cara tanam yang baik dengan membuat bedengan dan menggunakan pupuk organik. Dalam pertemuan tersebut, ia berhasil mengajak 27 orang untuk belajar bersama. Lalu setelah pertemuan, 11 orang diantaranya mau untuk menerapakan teknik ini di kebun mereka masing-masing.
“Meski hanya 11 orang, saya tetap semangat,” pungkasnya.
Ia menyadari, saat ini banyak petani yang sudah beralih profesi menjadi pekerja di salah satu perusahaan swasta yang ada di desanya. Namun ia tetap mendorong bagi petani lainnya untuk tetap mengelola lahannya.
“Jika kita mengelola tanah milik kita sendiri, maka ‘emas’ yang kita peroleh akan lebih banyak,” katanya berprinsip.
Kegiatan selanjutnya yang ia fasilitasi bersama PS adalah pembuatan pestisida nabati. Camat Haharu, Hina Ndujurmana (61) yang ikut hadir mengapresiasi pelatihan tersebut.
“Pestisida nabati ini bagus sekali, karena bahannya murah dan mudah didapat dan tersedia di alam,” pujinya.
Ia pun berharap agar kelompok tani di desa semakin kuat dan berkembang. Lebih lanjut, ia pun tidak berkeberatan bila diminta untuk membantu melegalkan kelompok tani binaan desa yang sudah mandiri.
“Kelompok tani yang sudah permanen dan diakui desa akan lebih mudah mencari pasaran untuk hasil pertaniannya,” terangnya lagi.