Waingapu.Com, Waikabubak – Stimulant Institute menggelar Festival Anti Kekerasan Terhadap Anak di desa Kalembu Anakaka, Kecamatan Tana Righu, Kabupaten Sumba Barat, Jumat (15/7/2022) pagi hingga siang lalu. Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh sejumlah orang tua dan anak-anak di desa itu dari awal hingga akhir.
Project Coordinator Gender and Child Protection, Ery Rambu Hada Rewa, pada wartawan di sela – sela kegiatan ini mengingatkan masih tingginya angka kekerasan pada anak.
“Anak-anak kita rentan sekali kekerasan di mana pun mereka berada. Ketika mereka di rumah, lingkungan yang paling dekat dengan mereka yaitu keluarga juga potensi alami kekerasan dari orang tua. Ketika mereka belajar, mereka pun sering mendapatkan kekerasan dari guru,” tandasnya.
Anak tambah Ery, juga rentan alami kekerasan saat bermain di lingkungannya, Padahal kata dia, jika anak bertumbuh dalam lingkungan yang baik, lingkungan yang sehat, jauh dari kekerasan tentu bisa membuat anak cerdas dan bisa berikan pengaruh besar bagi pembangunan bangsa.
“Festival Anti Kekerasan ini tidak saja kami lakukan di desa, tetapi akan kami lakukan di tingkat Kabupaten pada Bulan Agustus mendatang,” pungkasnya.
Kegiatan ini yang juga dihadiri Camat Tanah Righu, David Umbu Pati, Manager Stimulant Indtitute, Kepala Desa Kalebu Anakaka dan DP5A Ela M. Kariam serta Sekretaris Bappelitbanggada. Samuel Kali Kula.
“Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, serta merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. Sehingga perlu mendapat perhatian, perlindungan, dan kesempatan seluas-luasnya untuk keberlangsungan hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar,” papar Camat Tana Righu, David Umbu Pati.
Sekretaris Bappelitbanggada, Samuel Kali Kulla dalam kesempatan ini menjelaskan apa itu kekerasan secara umum dan khususnya pada anak.
“Kekerasan dapat diartikan sebagai perilaku yang sengaja maupun tidak, yang ditujukan untuk mencederai atau merusak anak secara fisik maupun mental. Ini sangat ironis, namun pasti ada penyelesaiannya. Perlu koordinasi yang tepat di lingkungan sekitar anak terutama lingkungan keluarga untuk mendidik anak tanpa menggunakan kekerasan,” urainya. (ion)