Waingapu.Com – Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Allaster Cox menyarankan warga Sumba Timur, khususnya pada anak – anak untuk sedapat mungkin menghindari ataupun meminalisir untuk mengkonsumsi makanan instant. Bahkan, Allaster menyerukan untuk mencintai dan mengkonsumsi makanan lokal atau tradisional khas Sumba. Hal itu diungkapkannya, dalam konferensi pers di ruang rapat Bupati Sumba Timur (Sumtim), NTT, menanggapi pertanyaan wartawan Waingapu.Com terkait dengan kandungan gizi yang terkandung di makanan lokal, yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya dalam memerangi stunting di Sumtim.
“Ke depan ada baiknya masyarakat di sini konsumsi makanan lokal warisan leluhur. Makanan itu sebenarnya kaya akan karbohidrat, seperti umbi – umbian, juga ada aneka sayuran, buah – buahan dan juga ikan laut. Oya, daun kelor juga itu bagus karena mengandung protein juga kandungan gizi lainnya yang menunjang perkembangan anak dan juga kesehatan. Tak perlu banyak daging asal gizinya seimbang. Ajaran jaman dulu seputar makanan yang lebih utamakan bahan alami perlu dipertahankan dan diterapkan dan diperkenalkan pada anak – anak, ” ungkap Allaster sembari memberi contoh di Australia, suku Aboringin yang merupakan penduduk asli, ada yang pertumbuhan anaknya tidak sesuai standar. Selain itu adapula orang dewasa yang semakin gemuk (obesitas). Hal itu kata dia, selain karena pola makan tidak terjaga, juga salah satu faktornya karena sering konsumsi makanan instant.
Sebelumnya Allaster juga menekankan, tinggi badan atau bentuk fisik kerdil atau lebih pendek dari anak kebanyakan hanya merupakan salah satu ciri dari stunting. Kata Dia, postur besar tetapi otaknya tidak sesuai standart anak seusianya juga terkategori stunting. “Anak yang tumbuh besar dan kemudian dewasa jika tidak disertai dengan perkembangan otak yang baik, maka ini juga masalah. Karena mereka nanti akan kurang kreatif dan bisa sulit pula mendapatkan pekerjaan karena kecerdasannya kurang. Hingga kehidupan yang layak juga sulit diraih,” tandasnya.
Ditempat yang sama, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rodrigo A. Chavez juga kembali menekankan bahwa stunting adalah masalah serius. Dan bukan semata – mata terkait dengan tinggi badan anak saja. “Jadi kalau ada indikasi bahwa tingginya anak itu tidak sesuai dengan standar maka itu adalah indikasi anak alami gizi vuruk yang kronis. Kemunkinan disebabkan gizi buruk, yang kemudian berdampak masalah atau penyakit di usus dan diare misalnya. Makananan, adalah salah satu elemen saja, tapi sanitasi juga mempengaruhinya. Apakah perilaku sehat sudah diterapkan seperti cuci tangan sebelum makan dan juga buang air besar tidak sembarangan? Saya juga sudah coba makanan lokal disini dan rasanya sedap,”paparnya. (ion)