Waingapu.Com – Ditengah gencar-gencarnya seruan untuk Social Distancing yang mana kemudian oleh WHO dirubah dengan Physical Distancing, tak bisa dipungkiri membawa dampak bagi sejumlah pihak terutama para pekerja harian dan buruh serabutan. Hal mana juga terjadi di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) – NTT. Karena adanya pembatasan waktu kerja, kumpul dan jarak, para pekerja terpaksa tinggal di rumah, dan bahkan terancam kehilangan sumber nafkahnya. Mirisnya, sebagian diantaranya tergolong Lanjut Usia (Lansia). Di lingkup Gereja Kristen Sumba (GKS) Jemaat Manubara, ada pula warga jemaat yang terkategori Lansia pekerja.
Lansia pekerja dalam lingkup GKS Jemaat Manubara inilah dan sejumlah janda dan duda, serta fakir miskin inilah yang menjadi sasaran dari kebijakan Gereja dalam program bertajuk ‘Berdamai Dengan Corona’. Berbagi berkat dengan para Lansia pekerja, dilakukan dengan mengunjunginya, memberi arahan dan sosialisasi dampak corona dan juga cara melindungi atau memproteksi diri.
“Pada dasarnya dalam kegiatan ini kami ingin membagi informasi melalui selebaran pada semua jemaat kami, karena tidak semua jemaat punya android, media sosial dan juga televisi. Jadi kami pakai selebaran dan mendatangi langsung mereka. Memberi pemahaman tentang cara menangkalnya dan menyikapi pandemi ini. Juga kami bagikan sabun antiseptic serta khusus bagi lansia pekerja, yang telah berusia 65 tahun ke atas, kami berikan jatah makan siang selama 14 hari ke depan,” papar Aprianus Jangga Uma, pendeta GKS Manubara, yang ditemui di sela-sela kegiatannya bersama beberapa pemuda gereja, Selasa (24/12) siang kemarin.
Program Berdamai Dengan Corona ini, akan tetap mengikuti dan melihat perkembangan ke depan, demikian Aprianus. Jadi tentunya bisa saja diperpanjang atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Aksi simpatik inipun mendapatkan respon positif dari warga penerima.
“Kami bahagia sekali Pak, kami tidak duga, ini berkat Tuhan buat kami dua. Karena saya tadi baru dari pasar, saya dengar di sana bilang kita tidak bisa lama-lama lagi jualan karena Corona, saya bilang kita mau makan bagaimana sudah kalau tidak kerja ini. Untung sudah kami sedikit dibantu Pak Pendeta dan gereja,” ungkap Martha Kaka, di dampingi Titus suaminya.
“Ini sudah pemerintah larang keluar, tapi mau bagaimana lagi untuk kesehatan kita semua, yaa ikut sudah. Ini tadi mama baru pulang jual ikan di pasar, saya juga tadi pagi dari laut. Mana sekarang juga tidak bisa masak garam lagi karena masih hujan. Syukur sudah ada yang bantu kami begini ini,” imbuh Titus, yang kala itu berkaos merah bergambar Jokowi dan Maruf Amin, lengkap dengan senyum manis Herman Herry, wakil rakyat Sumba di DPR-RI di bagian depan kaos sisa jaman kampanye silam yang nampak masih terawat baik itu.
“Kalau pak pendeta tidak datang kasih tahu cara-cara supaya jangan mudah kena corona, bisa-bisa kami lupa. Memang beberpa hari lalu dari Kodim dan polisi sudah datang sosialisasi, tapi tahu sudah kami, sibuk kerja lupa lagi,” ungkap Hercules, anggota Linmas Kelurahan Kemala Putih,yang juga berdomsili di pesisir Manubara itu.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam program berdamai dengan korona itu, di harapkan bisa menginspirasi elemen lainnya di Sumtim. Di Manubara sendiri Lansia pekerja lebih dari 25 orang, yang berkeja serabutan, nelayan, tukang dan pembuat garam. “Kami dengan keterbatasan berupaya melakukan ini, bisa saja ini menjadi bagai oase di padang pasir. Bisa jadi inspirasi untuk elemen lainnya melakukan hal serupa bahkan lebih dalam kuantitas dan kualitasnya,” timpal Pendeta Aprianus di Pastori pasca aksi siang itu. (ion-ped)