Dalam beberapa minggu terakhir ini saya sudah sangat sering menjumpai baliho dan poster tentang pesta demokrasi yang akan dilakukan tahun 2018 di NTT, menariknya adalah di NTT banyak sekali pemuda yang merupakan pemilih pemula yang perlu diarahkan dengan baik untuk menentukan pilihannya dengan mempertimbangkan kemajuan NTT kedepan dengan memperluas cakrawala berpikir pemuda dalam menganalisis figur serta visi misinya.
Memilih pemimpin hari ini adalah tentang memilih pemimpin yang pro rakyat dengan semangat juang duit (doa, usaha, iman dan taqwa) dan hal penting agar terpatri dalam figur-figur di NTT.
Sangat menarik membayangkan metode pemilih pemula yang jumlahnya tidak sedikit dalam menghadapi pilgup NTT 2018 serta relevansi dengan pembangunan yang berimbang dengan pemikiran anak muda yang kreatif dan inovatif serta mobilitas perkembangan yang terjadi di segala aspek kehidupan dan harapan saya pilgub kali ini tidak menjadi ajang pembodohan bagi pemuda yang sangat fleksibel dengan metode politik uang, isu sara, dan isu agama dalam menentukan pilihannya dipilgub 2018 mendatang.
Menurut hemat saya, pilgub NTT 2018 akan menjadi panggung demokrasi yang sangat menarik untuk diikuti mengingat banyak nama orang muda yang sedang melesat dihati masyarakat saat ini sehingga gaya yang akan dipakai untuk kampanye Pilgub NTT 2018 akan sangat beragam dan bukan tidak mungkin akan menghalalkan segala cara.
Pilgub NTT 2018 harus mengunakan alur politik yang sehat dan santun tanpa politik praktis yang hanya membodohi masyarakat dengan jualan isu sara, agama, dan sebagainya. Hal ini perlu digebrak karena melihat realita bahwa inilah yang sudah membudaya dalam masyarakat kita.
Sebagai orang muda yang merupakan pemula dalam pesta demokrasi maka saya menyarankan filosofi tungku dimana perlu adanya persatuan dan persilangan pendapat yang akan mewujudkan sebuah api yang akan menjadi pembakar semangat dalam mewujudkan sebuah mimpi. Dan perlu kita sadari bahwa perbedaan pendapat tidak mengartikan sebuah peperangan melainkan tonggak awal lahirnya ide-ide membangun yang terorganisir dengan baik melalui suara yang bergejolak dari bawah tanpa memandang siapa agar kemudian dipilah dan tak ada aspirasi masyarakat yang kemudian dipendam hanya dengan perasaan takut salah. Saya juga percaya bahwa pemilih NTT adalah pemilih yang rasional, melihat bukti nyata, pergerakan politik dan rekam jejak yang baik bukan masalah umur atau memberi sebuah tajuk mengerikan bagi orang muda “minim pengalaman”.
Tulisan ini tidak bermaksuid memprovokasi siapapun melainkan ditulis untuk membuka wawasan kita sebagai penentu kemajuan NTT yang harus mulai kita bangun dari titik tersulit. Tulisan ini juga ditujukan untuk mengabadikan diskusi bersama Bapak Lede Ana Mesa yang melihat fenomena demokrasi di NTT sekaligus menyatakan dukungannya secara penuh kepada Bapak Melki Laka Lena dan apresiasinya kepada kaum muda yang juga turut serta dalam menyukseskan pesta demokrasi di NTT maka dengan demikian ada baiknya tulisan ini saya tutup dengan pernyataan beliu yang dituturkan pada tanggal 29 Juni 2017.
“Kalau sosok muda hari ini seperti kucing dalam karung yang mampu melihat realita yang terjadi dalam masyarakat namun belum berkesempatan untuk melakukan lebih jauh dan ia juga mampu melihat kucing lain yang diluar karung yang sudah tua dan enggan mengejar tikus yang juga bahkan menjadi teman mereka”.[*]
[*] Penulis: Sepritus Tangaru Mahamu