Waingapu.Com – Anak-anak hendaknya memahami tentang hak dan kewajibannya, juga mengenali diri sendiri baik itu menyangkut potensi diri, kelebihan, dan kekurangannya. Selain itu juga mengenali ancaman atau tantangan yang bisa mengganggu kesejahteraan mereka, seperti perundungan (bullying), kekerasan, narkoba, pekerja anak, dan lainnya. Perlu pula anak memahami pengelolaan uang sederhana hingga nantinya bisa mengerti dan mempraktekan penganggaran, menabung dan membelanjakan. Hal lainnya yang juga perlu adalah sikap dan langkah peduli akan lingkungan hidup.
Demikian intisari harapan yang digemakan dalam Project CERDaS (Creatif, Educational, Resources, Development and Sustainablity) yang diluncurkan dalam Gebyar CERDaS ke-3 yang dilaksanakan di Kabupaten Sumba Timur, NTT, Senin (04/04/2022) pagi hingga sore lalu. Adalah ChildFund International di Indonesia bersama dengan empat mitra di Eastern Zone menyelenggarakan Gebyar CERDaS di Kota Waingapu, selama dua hari (04-05/04/2022). Keempat mitra dimaksud yakni, SID, Yayasan Maryarakat Cita Madani, YKPA, dan Yayasan FREN dengan melibatkan anak-anak yang ada di empat mitra ChildFund.
Candra Dethan, Partnership Portofolio Manager ChildFund Internasional Indonesia kepada wartawan di sela-sela kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Sumba Tiimur itu, menegaskan harapan agar daerah-daerah di NTT menjadi Kabupaten atau kota yang layak anak.
“Prioritas utamanya adalah bagaimana mendukung peningkatan akselerasi dari indikator Kabupaten atau Kota layak anak. Salah satu contoh sederhananya adalah anak-anak bisa berpartisipasi lewat media atau dalam forum. Kami sudah melakukan proses pendampingan di wilayah dampingan kami dengan membentuk forum anak,” jelas Candra di Gedung Ibadah Gereja Bethel Tabernakel, jemaat Rehobot – Pada Dita, yang menjadi tempat kegiatan itu berlangsung.
Kendati demikian, Candra juga menekankan pentingnya tindak lanjut dari forum anak yang dibentuk. Dimana anak – anak yang terlibat, mesti dibarengi kualitas yang baik, partisipasi itu murni dari dasar keingintahuan dan ingin belajar anak. Juga bukan pemaksaan atau keterpaksaan untuk pemenuhan indikator semata.
“ChilFund sendiri ada di sepuluh kabupaten dan satu kota di NTT, dengan empat mitra. Kami terus bekerja sama mengajak semua stake holder yang terlibat untuk peduli dan mendukung. Kami mendorong, mendampingi anak agar menyadari apa kemampuan mereka, percaya diri lalu bagaimana difasilitasi dan melihat masalah yang ada di sekitar mereka,” pungkasnya.
Sebelumnya ditempat yang sama selepas membuka secara resmi kegiatan yang diikuti oleh anak – anak utusan dari pelbagai daerah di NTT itu, David Melo Wadu, selaku Wakil Bupati Sumba Timur, menyatakan apresiasinya. Tak hanya itu, pria asal Maudjawa ini juga menaruh harap agar pendampingan dan program yang sama juga dilaksanakan di 12 Kabupaten lainnya di NTT.
“Kalau bisa 12 kabupaten lainnya juga dilakukan hal yang sama agar kita semua setara dalam pelayanan dan juga tentu hasilnya yang tentu nanti bisa membawa anak-anak kita lebih cerdas, siap menghadapi masa depan, karena kita nanti akan selesai namun mereka nanti akan melanjutkannya,” tandas David.
David juga berkesempatan melihat stand yang menampilkan kreasi anak-anak berupa kerajinan tangan daari bahan-bahan di lingkungan sekitarnya. Juga hasil karya anak dari bahan-bahan daur ulang. Selain juga ditunjukan buku tabungan atau simpanan anak-anak.
“Ini bagaimana cara pakainya, apa bisa dikasih kecil atau kasih besar? Kalau ini buat dari apa, oo ternyata dari plastik bekas bungkus kopi instant juga minuman instant ee,” ujar David saat melihat hasil kreasi anak berupa gelang, tas dan lainnya. David juga spontan membuka dompetnya dan langsung membeli beberapa karya hingga mendapat balasan senyum sumringah anak-anak yang menjaga dan memberikan penjelasan di stand yang disiapkan. (ion)