Waingapu.Com – Hujan memang telah mulai membasashi sejumlah wilayah di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT. Namun demikian pembakaran padang dan hutan tidak lantas sirna ancamannya. Dari sejumlah sumber menyebutkan beberapa wilayah masih rentan dan sempat dijejali panasnya si jago merah yang menghanguskan padang-padang sabana. Ida Bagus Putu Punia, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumtim, yang ditemui beberapa hari lalu membenarkan belum redanya ancaman itu.
“Hujan memang sudah turun di beberapa wilayah, namun juga beberapa wilayah masih juga ada laporan padang terbakar. Memang secara umum dibandingkan tahun sebelumnya titik panas atau hot spotnya turun. Tapi dari segi luasannya bisa saja lebih, walau memang hingga kini datanya belum secara lengkap saya pegang,” jelas Ida Bagus.
Ancaman pembakaran padang sejatinya memang belum bisa ditepikan, apalagi hujan yang sempat beberapa kali turun disejumlah wilayah, sebagaimana pernah dirilis oleh BMKG dan diberitakan di media ini, bukanlah pertanda wilayah Sumba umumnya dan Sumtim khususnya telah masuki musim penghujan. Sesuai prediksi BMKG, musim penghujan baru akan terjadi di Sumba pada akhir November atau bahkan awal hingga pertengahan Desember mendatang.
Dampak dari kemarau panjang yang diperparah dengan perilaku pembakaran padang di sejumlah wilayah, ditegaskan Ida Bagus, sudah mulai bisa dirasakan. Mulai dari hutan dan tanaman penghijauan juga kena imbasnya. Bahkan masih kata Ida bagus, sumber-sumber air juga ikut mengering.
“Banyak mata air yang mulai kering, salah satunya mata air kilometer sepuluh yang menjadi salah satu pemasok air utama buat warga kota Waingapu. Airnya sudah sangat turun debitnya, kita bisa rasakan dampaknya kini. Waingapu dulu paling macet atau air mati tidak seperti sekarang ini, dimana tiga hari baru air jalan lalu mati lagi, kemudian tiga hari lagi baru jalan atau hidup lagi airnya, Ini dampaknya yang bisa kita rasakan langsung,” papar Ida Bagus.(ion)