Waingapu. Com – Angka sebaran Covid-19 di Kabupaten Sumba Timur, NTT, kurang dari sepekan terakhir meningkat tajam. Data yang dipublish Posko Percepatan dan Penanganan Cocid-19 setempat, pada Rabu (09/02) petang menyebutkan terjadi penambahan 26 kasus baru, sehingga total warga yang kini terpapar dan harus jalani perawatan dan isolasi mandiri (Isoman) dan terpusat mencapai 116 orang. Terkait dengan situasi itu, sebelumnya sejumlah pihak mengharapkan untuk diperketatnya kembali pintu masuk ke Sumba Timur, dengan langkah wajib rapid test bagi pelaku perjalanan.
Hans Hamba Pulu, tokoh masyarakat dari desa Kuta, Kecamatan Kanatang, kepada media ini ketika ditemui, Selasa (08/02) lalu menuturkan, perlu kembali dilakukannya rapid test bagi pelaku perjalanan.
“Kita sudah kembali ke zona merah dan sepertinya akan terus meningkat. Karena itu perlu sudah diperketat kembali rapid bagi pelaku perjalanan baik yang masuk maupun keluar Sumba Timur,” tuturnya.
Kendati demikian pihaknya berharap peran pemerintah agar rapid test yang dilakukan itu tidak justru membebani warga.
“Pemerintah berkewajiban untuk biaya rapid test terjangkau atau tidak terlalu mahal. Jadi warga merasa lebih tergerak untuk rapid tidak sebatas karena terpaksa namun karena juga terdorong dari hati,” timpal Hans yang juga mantan Kepala Desa Kuta itu.
Kesiapan tenaga medis yang berkompeten melakukan rapid juga menjadi catatan yang diberikan Hans, yang saat itu ditemui di lobby Hotel Elvin itu. Catatan yang juga didukung oleh Pendeta Andreas Umbu Moto, yang juga dimintai pendapatnya kala itu.
“Tracing dan rapid test harus benar-benar didukung dan ketat dilakukan kembali. Kita sepertinya cenderung untuk terlambat, setelah terjadi baru kita mulai kelabakan. Sekarang tidak bisa lagi seperti itu. Saya dukung agar pintu masuk dan keluar Sumba Timur kembali diperketat dengan lakukan rapid test,” ungkap Andreas, gembala pada Gereja Bethel Indonesia Mboka, Kelurahan Kambadjawa itu.
Yunus D. Wulang, Kepala Dinas Pendidikan Sumba Timur, yang dimintai pendapat sebelumnya menitik beratkan pada kondisi pendidikan bagi anak-anak sekolah.
“Kondisi yang terjadi seperti ini, tentu berdampak bagi dunia pendidikan. Anak sekolah yang sebelumnya sudah bisa kembali belajar tatap muka, harus kembali laksanakan Belajar Dari Rumah atau BDR, juga online. Ini memang solusi saat Pandemi, namun tentunya kurang efektif bagi anak,” tandasnya.
“Waktu pandemi di awal lalu, proses pembelajaran ada yang mundur. Dan yang paling ironis lagi ada tahapan atau proses pembelajaran yang hilang atau lost learning,” timpalnya
Kesadaran warga untuk kembali menerapkan prokes secara benar dan ketat, ungkap Yunus lebih lanjut, juga kembali digalakannya rapid test di pintu masuk dan keluar Sumba Timur, mutlak dilakukan. Namun pihaknya juga menaruh harap agar insentif bagi para medis atau tenaga kesehatan yang melaksanakan rapid test, tracing, screening dan perawatan dan penanganan terkait Covid-19 juga diperhatikan. (ion)