Cerita atau kisah tentang Samuel Rangga Boro, belum juga berakhir. Hingga kini masih banyak warga yang memperbincangkannya baik dalam diskusi lepas di dunia nyata, maupun ‘diskusi daring’ media sosial (medsos). Untuk mengetahui lebih pasti dan jelas sosok Samuel, hingga bisa menjadi sosok yang mengemuka hampir sepekan terakhir, media ini bersama rekan jurnalis lainnya melakukan trip ke Sumba Barat Daya (SBD). Bertemu dan bisa berbincang langsung dengan Samuel adalah harapan yang diusung oleh para pewarta, untuk selanjutnya bisa dibagikan kepada khalayak sebagai bahan informasi berdasarkan realita yang didapatkan dengan seluruh indera yang berupaya dioptimalkan fungsinya.
Seperti disaksikan Sabtu (30/05) siang kala itu, Samuel menunjukan bahan-bahan yang diperlukan untuk meracik ramuannya. Ramuan yang kemudian olehnya disebut diracik atas petunjuk saat menerima wahyu atau ilham dari sosok yang disebutnya Malaikat Gabriel. Air mineral satu botol besar (1500 ml) gula pasir seharga lima ribu atau maksimal setengah kilogram, sebungkus garam meja (kala itu yang ditunjukan garam meja bermerk Kapal) plus permen rasa mint (merk Winston).
Kembali dengan bahasa Kodi yang kental, Samuel menjelaskan kepada para awak media, yang kemudian ditranslate dalam bahasa Indonesia oleh Abdul Haris Nasution Wungo.
“Jadi semua bahan ini, baik air, garam dan gula juga winston dicampur jadi satu. Kemudian akan didoakan lalu kembali diberikan kepada warga yang datang,” jelas Haris.
Penjelasan Samuel yang kemudian ditranslate oleh Haris itu, senada dengan penjelasan beberapa warga, yang beberapa hari sebelumnya, divideokan oleh salah seorang bidan, ketika melihat warga dalam moment pembagian Bansos tunai pada salah lokasi di Kodi, membawa botol-botol air namun isinya nampak keruh atau tidak sejernih air mineral pada umumnya. Racikan dalam botol itulah yang disebut Samuel bermanfaat untuk menyembuhkan aneka penyakit juga bisa menangkal serangan virus corona atau covid-19.
Kembali ke penjelasan Samuel kepada awak media di kediamannya, bahwa apa yang dikatakannya juga apa yang diberikannya adalah keyakinannya, dan dia tidak memaksa siapapun yang datang untuk meyakinini. Namun yang pasti kata dia, ramuannya sudah dirasakan manfaat oleh mereka yang datang dan mengeluh sakit. Tak hanya itu, Samuel dan juga beberapa keluarga dan ‘muridnya’ juga menyebutkan pihak kepolisian punya foto-foto mereka yang kemudian menyatakan pulih dari aneka sakit.
“Jadi ada yang sembuh seperti sakit stroke juga lumpuh. Ada foto mereka di Polisi,” timpal salah satu warga yang kala itu duduk di belakang Samuel.
Khasiat dari ramuan racikan Samuel juga ditegaskan oleh Bernardus Tari Wungo, Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan Desa Tanjung Karoso, yang hadir kala itu. “Saya ini pernah jadi kepala desa di sini dari tahun 2003 sampai 2006. Tapi sekarang saya Kaur pemerintahan. Jadi sebagai bagian dari pemerintahan, saya tentu tidak asal bicara, kalau tidak betul pasti saya larang, tapi ini benar! Ada yang karaka atau lumpuh, juga stroke sembuh. Karena itu sudah, jadi banyak yang datang ke sini. Ini ramuan dipercaya bisa sembuhkan macam-macam penyakit termasuk itu penyakit karena virus corona,” jelas Bernardus.
Bernardus juga menambahkan, beberapa hari lalu ada kerabat yang susah sekali melahirkan di Jawa, dan harus operasi sesuai kata dokter. Tapi kemudian minta di doakan oleh Samuel. Dan dengan ramuan dan doa dari Samuel, kemudian bisa melahirkan dengan normal tanpa kendala berarti. “Dia doa saja dari sini lalu dikasih minum campuran seperti yang Samuel buat ini, ternyata bisa keluar itu anak tidak pakai operasi,” imbuh Bernardus.
Hal lainnya yang didapatkan dalam kunjugan saat itu yakni, dalam menjalankan ‘misi pelayanannya’ Samuel juga tidak melupakan untuk menyisihkan bagi gereja. Itu terungkap ketika wartawan menanyakan seputar informasi adanya ‘pungutan’ Rp. 10 ribu/warga yang datang untuk dilayani Samuel. Dal hal ini penjelasan tentang pungutan dimaksud kembali dijawab oleh Bernardus.
”Jadi begini pak, kolekte sumbangan suka rela itu tidak lebih dari sepuluh ribu. Dia (Samuel, -red) terima dua ribu saja, yang lain itu semuanya dikumpulkan untuk dibawa ke gereja Paroki. Jadwalnya malam Senin dibawa ke Paroki di Bondo Kodi,” urai Bernardus.
Kala ditelisik lebih jauh seputar buku-buku rohani yang selalu disertakan dalam setriap praktek dan doanya, sementara di sisi lain disebutkan bahwa Samuel buta huruf/aksara? Kembali Bernardus juga kerabat, serta ‘muridnya’ menjelaskan dalam bahasa Kodi maupun bahasa Indonesia sebisanya. Yang mana kemudian jika terangkaikan penjelasan itu, secara umum menyatakan bahwa buku-buku itu sebatas pegangan saja. Pasalnya, selepas menerima wahyu, Samuel ke Gereja untuk mengungkapkan kejadian yang dialaminya, juga kemudian dia minta untuk diberikan buku tuntunan. Kemudian diberikan oleh Romo (Pastor) buku-buku itu.
“Dia memang tidak tahu baca tulis, tapi ada muridnya yang bisa baca, jadi ini hanya pegangan saja buat dia karena saat ke gereja dia minta buku kepada Romo untuk dibaca oleh keluarganya dan juga teman – temannya,” jelas Haris merangkum penjelasan Samuel dan kerabatnya yang juga kemudian diamini oleh Bernardus.
Selepas penjelasan itu, kembali Samuel menegaskan, bahwa dirinya tidak pernah meminta atau menyuruh warga untuk datang. Namun karena keyakinannya dan juga perintah dari ‘Sang Pemberi Wahyu’ agar dirinya membantu sesama, hingga semuanya bisa terjadi sampai sejauh ini.
Terkait dengan adanya ’murid’ dari Samuel, juga pandemi Corona atau Covid -19 ini belum jua menemui penghujungnya, hingga masyarakat oleh pemerintah dihimbau untuk mengikuti Protap Kesehatan seperti menggunakan masker, physical ataupun social distancing? Tapi di sisi lain, kampung Galuwinyo berpotensi besar protap kesehatan terabaikan, tentunya perlu sikap dan tanggapan pemerintah setempat. Bagaimanakah Pemkab. Sumba Barat Daya (SBD) melihat fenomena Samuel Rangga Boro ini? Nantikan dalam ‘oleh-oleh’ berikutnya.
Bersambung…