Cerita atau kisah tentang Samuel Rangga Boro, belum juga berakhir. Hingga kini masih banyak warga yang memperbincangkannya baik dalam diskusi lepas di dunia nyata, maupun ‘diskusi daring’ media sosial (medsos). Untuk mengetahui lebih pasti dan jelas sosok Samuel, hingga bisa menjadi sosok yang mengemuka hampir sepekan terakhir, media ini bersama rekan jurnalis lainnya melakukan trip ke Sumba Barat Daya (SBD). Bertemu dan bisa berbincang langsung dengan Samuel adalah harapan yang diusung oleh para pewarta, untuk selanjutnya bisa dibagikan kepada khalayak sebagai bahan informasi berdasarkan realita yang didapatkan dengan seluruh indera yang berupaya dioptimalkan fungsinya.
Menuju kediaman Samuel, perlu waktu hampir satu jam dari kota Tambolaka, ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Melalui jalur Pantura, dengan aspal hotmixnya yang mulus, mata dimanjakan dengan hamparan khas sabana dan stepa pesisir pantai. Kadang-kadang juga nampak papan-papan bertuliskan ‘tanah ini dijual’ juga ‘tanah ini milik…’ sebuah realita yang terpampang jelas serupa dengan jalur pantura Sumba Timur (Sumtim) yang menjelaskan tanah-tanah sekitar pantai itu telah dimiliki perorangan mapun korporasi yang justru terasa asing atau tidak familir namanya bagi sebagain masyarakat awam.
Ketika kampung Samuel disambangi, Sabtu (30/05) lalu, nampak kampung itu tidak lagi seramai seperti yang sempat viral lewat media sosial dan situs berbagi video. Kendati lebih sepi, namun nampak satu rumah yang lebih banyak warga yang duduk di bale-bale depan rumah dan ternyata itulah rumah Samuel. Dari mereka inilah kemudian diketahui bahwa tuan rumah sedang keluar. Dari perbincangan dengan mereka inilah diketahui bahwasanya Samuel, yang sebelumnya dalam aneka postingan di dunia maya disebutkan bernama Samuel Rangga Bali itu, tetap diyakini sebagai guru, orang pintar dan penerima anugerah oleh keluarga dan warga kampungnya.
Rumah panggung beratap ilalang di kampung Galuwiyo, Desa Tanjung Karoso, Kecamatan Kodi itu, sedikitnya oleh delapan orang diduduki bale-bale bambunya. Dari mereka inilah didapati bahwa Samuel didaulat menjadi guru dan sebagian yang duduk di bale-bale itu adalah muridnya. Sekira lima belas menit kemudian, dari arah jalan pengerasan yang memasuki kampung itu, nampak sebuah motor memasuki halaman yang rerumputanmya telah berwarna kecoklatan karena meranggas akibat diinjak kaki warga serta bekas roda kendaraan beberapa hari sebelumnya. Dengan berikat kepala putih dari kain tenun, pengendara sepeda motor itu turun, dan spontan ada warga yang berkata, “Itu guru sudah datang, dia sudah itu Samuel!”
Singkat cerita, Samuel yang awalnya enggan untuk melayani wawancara akhirnya berkenan untuk menerima awak media, karena diyakinkan oleh Abdul Haris Nasution Wungo, seorang tokoh muda Kodi dan juga politisi yang hingga kini dipercaya menjadi anggota DPRD SBD.
“Saya bilang ke dia dan juga keluarga serta murid-muridnya, bahwa yang datang ini wartawan resmi, untuk mengetahui lebih jelas langsung dari dia, bukan dengan dari orang atau mulut ke mulut. Saya juga bilang, kalau wartawan resmi begini yang datang, informasi yang mereka bagikan nanti tentu akan lebih luas dan bermanfaat bagi semua, karena itu dia kemudian mau,” jelas Haris, demikian politisi muda ini biasa disapa, yang juga sebelumnya ‘didaulat’ untuk menjadi translator dalam perbincangan antara para awak media dengan Samuel.
Dijelaskan dan ditegaskan oleh Samuel, dirinya memperoleh wahyu, wangsit, ataupun ilham juga anugerah dari Yang Maha Kuasa, untuk membantu warga yang alami sakit ataupun alami kecemasan. Semuanya itu diakui Samuel bisa disembuhkan, termasuk sakit karena virus corona atau covid-19. Keyakinan yang juga kini menjalar dalam diri dan hati keluarga, tetangga di kampungnya bahkan di area yang lebih luas lagi. Samuel dengan ramah namun tidak lantas melunturkan ketegasannya dalam bahasa Kodi yang kental, berusaha untuk detail menjelaskannya kepada wartawan yang kala itu datang. Hal itu nampak dari usahanya untuk menggambarkan sosok yang datang kepadanya miliki sayap laksana malaikat, yang mana digambarkan dengan dia mengibaskan kain pengikat kepalanya yang terjulur hingga melewati pundaknya itu. Penjelasan yang kemudian diupayakan dengan maksimal untuk ditranslate ke dalam bahasa Indonesia oleh Haris.
“Jadi pada prinsipnya dia menyatakan dapat wahyu atau ilham ketika sedang melaut saat menjelang petang beberapa hari lalu. Dia nyatakan didatangi oleh sosok bersayap yang disebutnya bernama Gabriel. Dia diminta untuk bantu warga yang sakit dan juga ketakutan. Takut akan sakit corona itu. Selain itu dia juga diberi petunjuk agar dalam membantu warga selain dengan doa juga dengan bahan-bahan seperti air mineral, garam satu bungkus, gula pasir maksimal setengah kilogram dan permen rasa mint yakni permen Winston itu. Setelah semua petunjuk diberikan ke Samuel dan dipahaminya, dia juga mengaku diingatkan untuk rajin sudah ke Gereja, karena kemampuan yang dia dapat itu dari Tuhan,” urai Haris mengartikan penjelasan Samuel.
Masih ada lagi penjelasan yang berupaya disampaikan Samuel dan juga berupaya diartikan oleh Haris. Seperti bagaimana meracik ramuan, serta bagaimana dalam setiap doanya, Samuel juga menyertakan beberapa buku dan juga salib, padahal disisi lain dia tidak bisa membaca dan berbahasa Indonesia dengan baik.
Bersambung…