Sabana, Sebuah Mimbar, dan Berkah Jelang Paskah: Kisah Hangat dari GKS Kadahang

oleh
oleh

Waingapu.Com–Tak semua perjalanan perlu direncanakan. Ada kalanya, langkah spontan justru membuka jalan bagi kisah yang menghangatkan hati. Seperti yang terjadi pada Sabtu (12/4/2025) siang, saat sebuah perjalanan tak terduga dari Radio Max FM di Kampung Kalu menuju Jemaat GKS Kadahang berujung pada kisah penuh makna tentang iman, gotong royong, dan berkat jelang Paskah.

Sebuah mimbar kayu sederhana menjadi bintang dalam perjalanan ini. Diangkut dengan pick-up putih, ia melintasi sabana hijau yang sedang cantik-cantiknya pasca musim hujan, menembus udara panas yang diimbangi hembusan angin lembut. Dalam iring-iringan sederhana, mimbar ini menuju tempat tujuannya: Gereja Kristen Sumba (GKS) Jemaat Kadahang di Kecamatan Haharu.

Baca Juga:  Tolak Kenaikan Harga BBM, Aliansi Mahasiswa Sumba Timur Berdemo Suarakan 4 Point Tuntutan

Tiba di gereja yang masih dalam proses pembangunan, rombongan disambut hangat oleh Pendeta Efron Jawa Tana, tokoh perempuan, pemuda gereja, dan para tetua umat. Bersama mereka, mimbar diturunkan dan digotong ke dalam gedung gereja. Sebuah momen kecil namun tetap jadi bagian penting.

“Rencana Tuhan selalu indah. Saya tidak pernah diukur tinggi badan, tapi mimbar ini terasa dibuat khusus untuk saya,” ucap Pendeta Efron sambil tersenyum, mencoba berdiri di balik mimbar barunya. Ia menyebut, mimbar ini akan langsung digunakan dalam ibadah Minggu esok.

Tak hanya membawa sesuatu yang baru, rombongan juga membawa kesempatan bagi yang lain. Mimbar lama yang digantikan kini disiapkan untuk dikirim ke gereja ranting di Prailangina. “Kami ingin berbagi, mimbar ini masih layak digunakan dan akan sangat berguna di tempat lain,” ujar Penatua Yewa Pendu Parengu.

Baca Juga:  Berawal Dari Tambahak, Dibawah Tenda Warga Bermalam Di Tengah Sabana

Dengan lebih dari 960 jemaat, GKS Kadahang kerap kewalahan saat menggelar ibadah besar. Gedung utama terasa sempit dan panas, memaksa umat mendirikan tenda tambahan di sekelilingnya. Karena itulah, kehadiran mimbar baru ini menjadi simbol harapan dan semangat baru, terlebih menjelang perayaan Paskah.

Usai menikmati kebersamaan dalam sajian kopi, teh, kacang rebus, hingga makan sore dengan menu ikan bakar dan labu santan, rombongan berpamitan. Dalam perjalanan pulang yang diselimuti cahaya rembulan, pembicaraan mengalir soal kebahagiaan umat, kesederhanaan pelayanan, dan kemurahan hati sang donatur yang memilih tetap anonim.

Di balik kisah ini, satu hal terasa nyata: di tengah padang sabana dan semangat pelayanan, Tuhan bekerja dengan cara-Nya yang sederhana namun menggetarkan.(ion)

Baca Juga:  Meniti Setapak, Melintas Sabana, Menuju Lubang Harapan

Komentar