Wajib Berbusana Adat: Raker Pamong Praja Kembali Digelar

oleh
oleh

Waingapu.Com – Rapat Kerja (Raker) Pamong Praja, Kamis (07/03) kemarin kembali di gelar oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT. Raker yang digelar

secara estafet dengan Musyawarah Pembangunan Daerah (Musrenbangda), Raker Kependudukan itu dilaksanakan di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Waingapu hingga Selasa (11/03) mendatang. Kembali kegiatan ini dibuka dengan cara unik yakni para pesertanya diwajibkan mengenakan busana adat khas Sumtim.

“Ini bukan yang pertama, tapi telah dilakukan sejak dua tahun lalu. Ini salah satu cara untuk menanamkan raca cinta, bangga dan upaya melestarikan adat dan tradisi Sumba Timur,” jelas Bupati Sumtim, Gidion Mbiliyora, kepada wartawan yang mempertanyakan hakekat dari kewajiban peserta mengenakan busana adat itu.

Baca Juga:  Di Desa Wahang, Warga Kembali Gelar Ritual Adat Karaki

Masih lanjut Gidion, kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 600 peserta itu diharapkan bisa menghasilkan kesepahaman visi dan misi untuk membangun Sumtim tahun 2014 yang dikenal sebagai tahun politik itu sehubungan dengan pagelaran Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres).

Ditanya terkait implementasi dilapangan perihal kewajiban bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk mengenakan busana motif daerah pada hari tertentu,dimana pada kenyataannya sejumlah ASN malah menggunakan busana motif daerah yang justru merupakan hasil jiblak motif asli Sumtim, tak ditampik Bupati yang akrab dengan akronim GBY itu.

“Memang ada yang pakai kemeja atau busana yang justru bukan kain tenun ikat asli Sumba. Kainnya justru seperti batik yang motifnya nampak menjiblak motif asli dan khas kita. Ini akan menjadi perhatian saya, bukan tidak mungkin kedepannya akan ada aturan yang mengatur hal itu,” tandasnya.

Baca Juga:  Nilai Investor Rusaki Alam, Marga Luku Walu Siap Gelar Ritual Adat

“Ini bukan kali pertama saya pakai pakaian adat ini, kalau pembukaan Sidang DPRD juga demikian. Saya malah semangat mengenakan busana ini, karena walaupun kecil, namun paling tidak ada satu langkah nyata saya untuk turut melestarikan tradisi dan adat Sumba yang saya cintai ini,” jelas Ignas Pura Tanya, salah satu peserta Raker yang juga menjabat Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sumtim itu.

Suasana Raker tetap berjalan mulus, para pesertanya nampak nyaman sekalipun mengenakan busana adat berupa kain tenun ikat (Hinggi Kombu) bagi kaum pria, lengkap dengan parang yang terselip di pinggang dan kain songket (Lau Pahikung) dengan aksesoris hiasan kepala dari ukiran kulit Penyu dan muti salak (Anahida) bagi peserta perempuan.(ion)

Baca Juga:  Bupati Sumba Timur Pastikan, Polemik Pengelolaan & Kepemilikan Lapangan Prailiu Tak Akan Terulang

Komentar