Kebudayaan merupakan ciri khas suatu daerah yang diwarisi oleh para leluhur. Sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi penerusnya. Kebudayaan tidak hanya dilihat dari kegiatan spiritualnya saja melainkan dilihat juga dari tata cara berpakaian dan tari-tarian yang digunakan oleh individu atau kelompok-kelompok tertentu. Universitas PGRI Kanjuruhan Malang merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang terletak di provinsi jawa timur, lebih tepat kota malang.
Universitas PGRI Kanjuruhan Malang juga dijuluki sebagai kampus Multicultural. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai keberagaman mahasiswa yang datang dari semua daerah di indonesia dari sabang sampai merauke. Ini menunjukan bahwa unikama memiliki ciri khas tersendiri dalam merawat keberagaman yang ada dibumi nusantara.
Parade Budaya Nusantara (Prabutara – Unikama) yang di selenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (BEM -UNIKAMA) pada tanggal 13 Desember 2022. Dengan tujuan untuk mengayomi dan membangun silatuhrami antar sesama organisasi daerah yang berada di Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama). Penampilan dari organisasi daerah yang meramaikan suasana di kampus Multicultural (Unikama).
Budaya Lokal
Kebudayaan Lokal merupakan suatu keharusan bagi setiap individu ataupun kelompok yang harus di lestarikan bahkan dan Implementasikan setiap jaman. Budaya lokal Ende Lio yang ditampilkan melalui Organisasi Daerah Ikatan Mahasiswa Ende Sukun Malang (IMES – Malang) di Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama). Merupakan tradisi yang memiliki makna dan filosofi yang mendalam bagi masyarakat Ende Lio.Tarian gawi yang di tampilkan oleh mahasiswa/ mahasiswi ende yang ada di unikama pada saat ajang festival parade budaya Nusantara (PRABUTARA). Tarian Gawi merupakan tarian Khas lokal yang berasal dari ende lio.
Tarian ini dimainkan oleh pria dan wanita sebagai pelengkap tarian gawi didalam tarian gawi pria selalu bearada didepan untuk mengayomi para penari wanita agar terhindar dari masalah dan pengaruh dari luar, dan tarian ini juga seringa di tampilkan pada saat ritual acara adat, Penjemputan tamu – tamu manca negara, dan pergantian kepala suku atau MOSALAKI.
Budaya Modern
Kebudayaan Eropa yang dikolaborasikan dengan budaya khas indonesia sehingga tercampur dan melahirkan kebudayaan modern. Tradisi kebudayaan eropa yang berinfiltrasi dan berpengaruh serta berdampak pada tradisi kebudayaan lokal. Sehingga kebudayaan lokal mengalami pasang surut dalam pelestarian dan implementasinya. Kebudayaan modern sangat mempengaruhi sendi – sendi kehidupan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat lokal. Ini yang menyebabkan hilangnya jati diri suatu bangsa.
Budaya modern mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi setiap kalangan khususnya regenerasi anak penerus, penerapan antara adat istadat dan budaya tetap berdampingan melalui berbagai cara agar acara festival tetap terjaga dan tidak hilang. Pada kenyataannya nilai nilai budaya yang semestinya merupakan warisan budaya lokal untuk dapat diawetkan dan diendapkan dalam tubuh jiwa raga dan diwariskan terhadap generasi penerus akan tetapi sekarang sedang mengalami pasang surut atau kepunahan sedangkan disisi lain para generasi mudah sendiri menganggap nilai nilai budaya lokal warisan dahulu sudah tidak lagi relevan dengan kehidupan modernisasi seperti sekarang.
Meskipun perkembangan semakin maju namun pelestarian Kebudayaan lokal harus tetap dilestarikan. Dalam pelestarian kebudayaan lokal sangat di pengaruhi oleh kebudayaan modern atau perkembangan sains dan teknologi ini yang mengakibatkan kebudayaan lokal hampir punah. Sehingga perlu ada edukasi pembelajaran bagi generasi penerus bangsa agar dapat melestarikan kebudayaan lokalnya sebagai bentuk implementasi yang kongkrit dari pada warisan leluhur. Budaya merupakan ciri khas suatu bangsa sehingga perlu di implementasikan di setiap zaman. meskipun dunia berubah dengan hadirnya berbagai macam teknologi, namun budaya tetap harus di lestarikan dalam kehidupan sehari – hari karena budaya merupakan peradaban suatu bangsa.
Penulis: Anjelina Wulandari Sitina De Sareng, Mahasiswa PPKn Universitas PGRI Kanjuruhan Malang