Kegiatan Pelatihan Guru Pengembangan Kemampuan Baca -Tulis Kelas Rendah di Kecamatan Haharu bertempat di Aula SDN Kadahang dibuka dengan resmi oleh Bapak Gerson Naru S.Pd sebagai perwakilan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur, Selasa (30/10) kemarin. Dalam sambutannya Pak Gerson mengatakan bahwa, permasalahan literasi bukan saja terjadi di Kabupaten Sumba Timur atau khususnya di Kecamatan Haharu, tetapi terjadi di hampir semua daerah di Indonesia.
Pendekatan Literasi berbasis bahasa Ibu di Kecamatan Haharu, diharapkan akan menjadi salah satu solusi lokal untuk mengatasi permasalahan rendahnya tingkat literasi di Sekolah Dasar yang terjadi di kecamatan Haharu selama ini, bahkan hampir semua Sekolah di Kabupaten Sumba Timur.
Perwakilan Inovasi Sumba Timur Maria Yosefa Ami Priwardani mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan saat ini adalah kelanjutan dari program Inovasi pada kegiatan Pre Pilot dari bulan Januari sampai dengan Juni 2018 yang lalu, dan Yayasan Sulinama dari Ambon dipilih menjadi mitra kerja atau perpanjangan tangan dari Inovasi untuk mendukung berjalannyaprogram literasi di Kecamatan Haharu. Kaitan dengan hal tersebut, Maria Yosefa Ami juga menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan yang memang telah diinisiasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur.
Program penggunaan Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu (MBBI) untuk daratan Sumba selama beberapa bulan ternyata hanya berlaku di Kecamatan Haharu, dan ini adalah suatu kebanggaan sekaligus sebagai peluang dengan harapan keberhasilan yang terjadi disana nantinya akan diimbaskan di Kecamatan lain di Kabupaten Sumba Timur.
Pelatihan Guru kelas rendah berbasis KKG dengan fokus kegiatan pada Pengembangan Kemampuan Baca-Tulis Kelas Rendah dengan Buku Ramah Cerna Kata dan Buku Berjenjang, berlangsung selama empat hari sejak tanggal 23 sampai dengan 26 Oktober 2018, bertujuan agar guru-guru kelas rendah lebih memahami bagaimana cara mengajarkan yang benar berbahasa lisan, membaca dan menulis kepada siswa.
Pak Johnny Tjia sebagai nara sumber sekaligus sebagai ketua Yayasan Sulinama, yang dibantu oleh temannya Vani dan Ece pada hari pertama dan hari ke dua menyampaikan materi tentang kemampuan berbahasa lisan, dan pada dua hari berikutnya materi tentang bunyi huruf, lambang huruf dan suku kata. Setiap sesi kegiatanpun disertai dengan diskusi dan demo mengajar oleh para guru sesuai dengan jenjang kelas masing-masing dalam kelompok, dan peserta pelatihan yang umumnya adalah para guru kelas rendah sangat bersemangat dan antusias dalam mengikuti setiap materi yang disampaikan oleh para nara sumber.
Ada hal menarik dan cukup unik yang dilakukan para guru dalam penerapan aspek berbahasa lisan yaitu para guru mendemokannya dalam kelompok masing-masing dengan penggunaan media dari bahan-bahan lokal yang disiapkan sendiri oleh para guru seperti daun tuak/lontar untuk pembuatan berbagai bentuk anyaman,singkong (ubi kayu) untuk pembuatan makanan ondel-ondel, bahkan pembuatan camilan dari bahan pati sagu yang sengaja dibawa dari Ambon oleh para nara sumber dengan tujuanagar dari proses yang terjadi kaitannya dengan penerapan berbahasa lisan, siswa dapat menceritakan kembali apa yang sudah didengar dan dilihatnya berdasarkan penjelasan dari guru.Demikian halnya dengan penggabungan huruf menjadi suku kata, dan penggabungan suku kata menjadi kata dilakukan dalam bentuk permainan.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman guru terhadap materi yang sudah diberikan, semua guru diberi kesempatan untuk mempraktekkan materi yang sudah didapat selama pelatihan berkaitan dengan tujuh kemampuan dasar membaca dan menulis dengan di dampingi oleh para Fasilitator Daerah, setelah itu dilakukan refleksi kegiatan. Bukan tanpa kekurangan selama proses praktek semisal penggunaan bahasa ibu, tetapi secara umum para guru sudah bisa memahami sebagian besar materi yang sudah diberikan.
Tujuan utama dari penerapan literasi berbasis bahasa ibu adalah sebagai transisi ke bahasa indonesia agar anak lebih memahami materi yang akan diajrkan, dan sebisa mungkin dapat membaca dan menulis dengan lancar sesuai mdengan tingkatan cerita yang diberikan oleh guru. Sehubungan dengan hal tersebut pada hari terakhir para guru diberi kesempatan untuk mempelajari buku Ramah Cerna Kata (RCK) dan Buku Berjenjang sebagai panduan guru dalam mengajarkan anak dalam membaca suku kata, kata dan kalimat.
Kita semua tentunya berharap dari kegiatan pelatihan yang baru saja dilaksanakan agar tidak terbatas hanya pada proses pelatihan selesai, tetapi lebih dari pada itu dengan tingkat pemahaman guru agar dapat di implementasikan di sekolah masing-masing, sehingga permasalahan rendahnya tingkat membaca dan menulis yang terjadi selama ini dapat teratasi agar ke depannya anak benar-benar dipersiapkan untuk menduduki kelas pada jenjang yang lebih tinggi.
Untuk mencapai apa yang kita inginkan memang bukan suatu hal yang mudah,oleh karena itu para guru harus memotifasi diri untuk terus belajar, bekerja sama, bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai guru sehingga kita dapat menciptakan anak yang sudah bisa membaca dan menulis dengan lancar, dan lebih dari pada itu dapat menciptakan anak yang berprestasi secara akademik dan mampu bersaing di masa datang dalam rangka peningkatan kualitas hidup.[*]
Penulis: Yulus Djarawula, guru SDN Kadahang kec. Haharu Kabupaten Sumba Timur