PERAN ORANG TUA VS TANTANGAN DUNIA KERJA

oleh
oleh
Sepritus Tangaru Mahamu

Hal yang mungkin akan sangat menantang yang mulai saya pikirkan sekarang (di usia 20an tahun) ini adalah bagaimana menjadi orang tua tapi bukan dalam konteks usia melaikan memiliki keluarga normal, memiliki istri dan anak sebagaimana lazimnya manusia normal.

Tapi tantangan sesungguhnya tidak terletak pada sekedar mencari pasangan ideal, menikah di umur berapa tahun? Mau punya anak berapa? Tapi tantangan sesungguhnya adalah bagaimana kita tetap mampu menyediakan waktu keluarga yang berkualitas.

Hari ini tentu sebuah polemik besar ketika kita memutuskan memiliki anak tapi harus terus bekerja. Bagaimana tidak, banyak orang tua berhasil berkeluarga namun gagal memenejemen waktu dengan baik. Mereka kehilangan waktu mengajari anak memilih hobi yang berkualitas dan bernilai positif, mereka justru memilih hobi menjadi anak motor, penggila selfie dan menjadi pelakon sex bebas.

Baca Juga:  Literasi Baca? Penting Bangetkah?

Menghilangnya peran orang tua dalam mendidik anak dibantu media sosial dan saluran tv serta tayangan sinetron tidak mendidik membuat anak menjadi berperilaku layaknya orang dewasa dan lebih suka pada hal-hal ekstrim. Disisi lain juga adalah rasa sayang yang berlebihan orang tua lebih suka memberi materi tanpa pertimbangan yang matang misalnya anak usia dibawah 10 tahun diberi HP Adroid yang kemudian menyulap anak menjadi penggila selfie dan medsos. Memberikan anak dibawah 17 tahun kendaraan pribadi sehingga bebas berkeliaran dan beraktivitas dengan kendaraannya untuk meniru adegan heroik yang diterjemahkan lurus dan yang terakhir biasa ketika anak hendak keluar dengan alasan tugas kita langsung mengiyakannya saja lalu tidak juga meluangkan waktu untuk mengantar atau menjemput anak sehingga justru momentum ini digunakan anak secara leluasa untuk hangout bersama teman atau pacar mereka.

Baca Juga:  F2P2ST: Bupati Sumba Timur Jangan Diam Soal Kejahatan Lingkungan PT. MSM

Jika anda tidak cukup yakin dengan apa yang saya paparkan, coba sesekali buntuti anak kita. Seperti yang saya jumpai saat sedang melakukan perjalanan pulang dari Lewa baru-baru ini, di Patung Kuda Waingapu banyak sekali kelompok remaja yang meluangkan waktunya untuk sekedar berselfie ria, main motor dan juga main hati (cieh).

“Luangkan waktu bersama anak, kenali anak kita dan memberi sesuatu kepada anak sesuai porsinya adalah solusi paling baik untuk bisa membentuk karakter anak yang baik”.[*]

Penulis: Sepritus Tangaru Mahamu

Komentar