Waingapu.Com – Kabupaten Sumba Timur, NTT, hingga kini masih menerapkan PPKM level IV (Empat) dalam kaitan dengan sebaran Covid-19. Upaya untuk menurunkan level itu haruslah menjadi upaya bersama semua pihak dengan tetap mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat. Optimalisasi fungsi Isolasi Terpusat (ISOTER) menjadi salah satu cara yang cukup mumpuni dalam menekan bahkan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Demikian dipaparkan Wakil Ketua Gugus Tugas Covid-19 Sumba Timur, Letkol (Czi) Dwi Joko Siswanto, Senin (16/08) dalam rapat evaluasi pelaksanaan Isoter dalam penanganan penyebaran Covid-19, yang digelar di aula Makodim 1601 Sumba Timur.
“Jika saja di Kelurahan dan desa ada tempat yang disiapkan untuk isolasi terpusat, khusus warga yang alami gejala ringan dan juga tanpa gejala, namun telah dipastikan terpapar dnegan metode rapid antigen maupun swab PCR, dikumpulkan dan dilayani secara baik dan benar, tentu akan lebih mudah terawasi dan juga lebih mudah untuk sembuh. Niscaya angka penyebaran bisa ditekan atau diminimalisir,” ungkap Dwi Joko selepas gelaran rapat evaluasi.

Tidak sulit jika desa menerapkan isolasi terpusat, lanjut Dwi Joko jika memang punya niat dari hati dan terpanggil untuk bersama memerangi pandemi Covid-19 di wilayahnya.
“Lokasi isolasi terpusat bisa digunakan balai desa, bisa juga Polindes atau bahkan rumah penduduk. Koordinasi dan komunikasi antar satgas di desa juga Kecamatan dan Puskesmas untuk ditetapkan petugas kesehatan yang memantau secara rutin, juga petugas yang melayani makan dan minum mereka, minimal selama 10 hari atau 14 hari. Kalau diterapkan secara baik dan benar niscaya sembuh dan sebarannya bisa diputuskan,” timpalnya.
Tak hanya itu, Dwi Joko yang saat itu didampingi oleh Jonker Telnoni, Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sumba Timur itu juga menambahkan pentingnya kecepatan dan ketepatan dalam pelaksanaan Tracing dan Testing. “Khusus untuk langkah tracing dan testing idealnya jangan terlalu lama rentang waktunya, itu kuncinya di awal dalam meminimalkan penyebaran,” tukasnya diamini Jonker yang juga merupakan ketua tim surveilance satgas Covid-19 setempat itu.
Hal yang juga kembali ditekankan oleh Dwi Joko yang juga merupakan Dandim 1601 Sumba Timur bersama Jonker Telnoni kala itu adalah, peran aktif pemerintah desa dan kelurahan dalam menyikapi warganya yang terpapar Covid-19.
“Bangkitkan dan tumbuhkan tingkat kepercayaan warga terutama mereka yang terpapar pada pemerintah setempat juga tim penanganan. Karena jika itu sudah tercapai pasti warga akan mau jalani Isoter, juga siap untuk mengikuti segala arahan demi kesembuhan dirinya dan juga mencegah penyebarannya,” pungkasnya.
Rapat evaluasi ini sendiri diikuti oleh seluruh Babinsa dan Babinkamtibmas di Kabupaten Sumba Timur. Dalam kegiatan ini juga hadir pula Kapolres Sumba Timur, AKBP. Handrio Wicaksono, Kejari Sumba Timur yang diwakili oleh Kasie. Pidana Umum Muhammad Rony. Dalam rapat ini juga terungkap informasi dari Babinkamtibmas juga Babinsa adanya desa dan kelurahan yang belum mengoptimalkan pengelolaan dana desa/kelurahan yang sebelumnya sudah diamanatkan untuk dialokasikan bagi penanganan Covid-19. Informasi yang juga dibarengi harapan agar penegak hukum mencermatinya. (ion)