Waingapu.Com – Para peternak ayam pedaging di Pulau Sumba mengeluhkan masuknya daging ayam dalam kemasan (daging beku) dari luar Pulau Sumba, NTT. Hal itu kata mereka bisa membuat lesu bahkan matinya usaha ternak ayam pedaging milik mereka. Tak hanya itu, dalam segala keterbatasan mereka akan aturan dan ketentuan yang berlaku, mereka masih sangat yakin bahwa ada peraturan pemerintah yang melarang masuknya daging ayam ataupun unggas dari luar NTT ke Pulau Sumba.
“Masuknya daging ayam dari luar itu mulai banyak sejak sebelum lebaran lalu. Mana bisa jamin itu dari lokasi peternakan yang sehat atau bebas dari flu burung misalnya. Kalau Sumba setahu kami adalah daerah bebas flu burung dan larangan untuk masukan daging ayam atau unggas dari luar masih tetap berlaku,” jelas salah satu peternak ayam asal Sumba Barat yang menghubungi media ini, Minggu (16/06) malam lalu.
Peternak yang wanti-wanti untuk tidak dipublikasikan identitasnya dengan dalil ‘tidak enak hati’ dengan lingkungan sekitarnya, yang mana disebut sebagai salah satu penyalur daging ayam dari luar Sumba itu, juga menuturkan, harga daging ayam yang didatangkan dari luar lebih murah dari harga daging hasil peternakan warga di Sumba. “Bayangkan saja, daging ayam itu sudah bersih tapi harganya hanya 50 hingga 55 ribu perkilonya. Bagaimana, kami bisa bersaing, ini pelan-pelan usaha kita bisa mati. Karyawan kita walau satu dua orang saja bisa kehilangan pekerjaannya,” urainya seraya menitip harapan, instansi terkait seperti Karantina dan Dinas Peternakan di Pulau Sumba proaktif mengambil tindakan.
“Jangan kalau sudah ada warga yang sakit atau mulai ditemukan penyakit atau wabah flu burung misalnya, baru mulai sibuk. Lebih baik mencegah dengan penegakan aturan,” timpalnya.
Figur ini juga mengirimkan sejumlah foto daging ayam dalam kemasan yang dipasok dari luar, dan sangat meresahkan mereka. ”Itu saya ada kirim foto juga, kami check katanya masuk dari Pelabuhan Waingapu, bahkan ada kemasan berlabel perusahaan pengangkutnya. Kalau kami di Waikabubak sini kan tidak ada Pelabuhan, jadi wajar jika banyak yang curiga itu daging masuk dari Waingapu,” tambahnya.
Keluhan senada juga dikemukakan Willy, salah seorang peternak ayam pedaging skala kecil di di Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim). Menurutnya, harga daging ayam yang dimasukan dari luar lebih murah karena sebenarnya tidak jelas asalnya. “Bisa saja itu daging ayam tiren, kalau kami di sini sediakan ayam langsung pembeli bisa lihat besarnya, beratnya langsung di kandang,” timpalnya.
Sumber media ini dari Dinas Peternakan (Disnak) Sumtim menjelaskan sesuai Surat Keputusan Gubernur NTT Nomor 160/KEP/HK/ 2018, yang hingga kini masih berlaku esensinya menyatakan tidak diperbolehkan masuknya produk unggas besar dari luar, termasuk daging unggas segar. Yang boleh, demikian lanjut sumber itu adalah anak ayam umur sehari atau DOC ayam potong/ broiler dan petelur. Itupun tidak bebas masuk dan hanya perusahaan dari luar yang direkomendasikan saja yang boleh memasoknya.
Ketentuan itu, kata sumber tadi masih berlaku, sehingga tidak diperbolehkan ayam dewasa dan daging beredar. Masih akan terus berlaku dan terus diawasi sebagai upaya mencegah penularan penyakit flu burung, karena Sumtim dan sekitarnya masih bebas dari virus itu.
“Masyarakat juga hendaknya lebih waspada, jangan sembarang beli daging ayam. Teliti dan pastikan dulu daging ayam itu dari lokal sini atau dari luar, kalau dari luar lebih baik jangan dibeli, bukankah mencegah jauh lebih baik dari mengobati. Langkah preventif jauh lebih efektif,” pungkas sumber Disnak Sumtim itu. (usa/ion)