Waingapu.Com – Puluhan warga yang hendak menggelar ritual adat di Katoda Pahuamba Pada Njara pada Karambua di Desa Matawai Maringu, Kecamatan Kahaungu Eti, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT, Minggu (30/07) siang batal melaksanakan ritual. Paulus Umbu Lay Ria, tokoh adat Marga Luku Walu yang ditemui dilokasi ritual itu menjelaskan, pembatalan itu dikarenakan masih adanya ketidaksepahaman antar warga. Ketidaksepahaman itu juga disinyalir dipicu oleh adanya kekuatiran atau intimidasi oleh pihak-pihak didalam marga Luku Walu maupun marga terkait lainnya.
Kendati batal menggelar ritual, warga tetap menggelar pertemuan dan pembahasan langkah lanjutan untuk memperjuangkan kelestarian lokasi ritual dari ‘gempuran’ alat berat pihak investor.
Adapun seperti terlihat saat itu, lokasi ritual itu ditandai dengan adanya sebuah pohon besar yang bertumbuh meranggas dan terlilit rotan, dengan sebuah batu berdiameter sekira 30 centimeter. Sementara di sisi lainnya nampak pepohonan lain telah tumbang dan tercabut akarnya. “Itu tercabut karena excavator punya PT. MSM,” jelas seorang warga.
Bak sudah jatuh tertimpa tangga, seperti itulah yang dirasakan warga yang hadir dalam ritual yang kemudian batal itu. Seperti dituturkan Umbu Mbadi Ndapabeling, tokoh pemuda dari marga Luku Walu yang menghubungi media ini, Senin (31/07) siang tadi, ketika warga masih berada di lokasi, nampak di alat berat beraktifitas. Terkait hal itu, dirinya mengaku hendak mengambil foto, namun kemudian didatanngi aparat berseragam.
“Saya mau ambil foto karena lihat alat berat ada operasi, tapi kemudian ada dua orang aparat datang, mereka berseragam polisi atau brimob. Saya tidak bisa lihat nama mereka karena mereka pakai rompi dan muka juga tertutup, hanya mata yang nampak,” jelas Umbu Mbadi via telepon selularnya.
Tak hanya sampai disitu, dirinya bersama warga lainnya juga diperintahkan untuk mengikuti aparat sekalipun dirinya sempat menjelaskan keberadaannya di lokasi karena merupakan tanah ulayat marga.
“Aparat itu bersenjata, kami jelaskan mereka balas jelaskan nanti di kantor. Jadi kami di bawa ke kantor PT. MSM. Di sana kami disuruh isi buku, lalu dibawa ke kantor untuk bertemu dengan pihak MSM, itu aparat tidak tahu ada dimana lagi. Saya pikir mau bawa ke kantor Brimob atau polisi tapi ini justru digiring ke kantor PT. Jadi saya bertanya dalam hati, ini aparat Polisi atau Brimob ini apa sudah bekerja jadi keamanan PT?”
Umbu Mbadi mengaku, mereka sempat dipertemukan dengan Dodi, pihak manajemen PT. MSM, namun kemudian setelah berdialog dan beradu argument, mereka dilepaskan kembali.
“Kalau tidak salah hampir dua jam kami di sana, mau gelap baru kami dilepas pulang,” timpal Umbu Mbadi.
Sementara itu, Yuwono selaku Communicator Corporate PT. MSM yang dihubungi media ini via saluran WhatsApp mengaku tidak mengetahui peristiwa itu. “Saya malah tidak tahu, saya baru dari kupang,” balasnya singkat menjawab pertanyaan seputar pihak PT. MSM menggunakan aparat menjemput warga di lokasi ritual.(ion)